Rabu, 30 Juni 2010

LOGIN 2 YM DALAM 1 KOMPUTER/LAPTOP

Bagi pengguna Yahoo Messenger ini ada sedikit Tips untuk login Multi ID. Tips ini untuk menjalankan user id Yahoo Messenger lebih dari satu atau user id berbeda dalam satu PC. Mungkin banyak yang tidak tahu akan hal ini. Sebenarnya yang dibutuhkan adalah "regedit" dengan melakukan sedikit "tweak" pada Registry Windows. Caranya tidak sulit, disini hanya ada 2 cara saja:

1. Dengan membuat batch *reg menggunakan notepad
2. Manual registry entry

Penjelasan :
1. Untuk cara batch silahkan buka notepad kemudian masukkan teks di dalam kolom berikut :

=================================
REGEDIT4
[HKEY_CURRENT_USER\Software\yahoo\pager\Test]
"Plural"=dword:00000001
=================================

kemudian save as dengan extensi .reg, mis. contoh "ym2.reg"
kalian dapat mendobel kliknya untuk mengaktifkannya.

2. Untuk cara yang kedua kalian bisa mengikuti langkah-langkah berikut ini :
- Klik "Start"
- Klik "Run"
- Ketik "regedit"
- Buka HKEY_CURRENT_USER >> Software >> yahoo >> pager >> test.
Pada sebelah kanan, klik kanan >> New >> DWORD value
Beri nama "Plural' tekan enter 2 kali dan berikan nilai 1.

Untuk menjalankannya silahkan jalankan Yahoo Messenger seperti biasa, kemudian jika anda ingin login dengan id yang berbeda anda tinggal klik lagi shorcut Yahoo Messenger yang ada di Start Menu/Desktop/Quick Launch. Setelah anda klik akan muncul window Yahoo messenger baru, dan silahkan login dengan id yang berbeda.

"Saya sendiri sudah mencoba trik ini, dan berhasil, tak ada salahnya jika saya share ke ke teman-teman". =)

Namun apabila setelah menjalankan langkah-langkah diatas tetapi belum juga berhasil, coba logout dari Yahoo Messenger dan Exit, kemudian jalankan lagi dari shorcut yang tersedia. Jika masih belum bisa, coba restart Windows anda atau periksa apakah Registry Windows anda di-lock oleh administrator (Biasanya untuk komputer kantor/security reason).

Semoga berguna ya...

Selasa, 29 Juni 2010

MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI SISWA MELALUI PENDIDIKAN JASMANI DENGAN METODE BERMAIN

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya berperan mencerdaskan kehidupan bangsa, yang sasarannya adalah peningkatan kualitas manusia Indonesia baik itu sosial, spiritual dan intelektual, serta kemampuan yang profesional. Untuk itu pembangunan keolahragaan perlu dikembangkan dan ditingkatkan diseluruh tanah air terutama di sekolah–sekolah yang nantinya dapat menunjang proses belajar siswa. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, kemampuan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistimatis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan sebagai suatu pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu memberikan kesempatan pada anak didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistimatika. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Pendidikan memiliki sasaran peadagogik, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, karena gerak merupakan aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangannya yang terjadi selama ini telah terjadi kecendrungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandang ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Dengan adanya mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan salah satu media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-sportivitas-spritual-sosial) serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
Usaha yang perlu dilakukan untuk melaksanakan usaha di atas adalah salah satunya dengan melakukan pembinaan olahraga disekolah-sekolah, serta melakukan olahraga secara rutin, kegiatan olahraga yang dilakukan disekolah tidak hanya terpaut dengan waktu 2 x 45 menit atau selama proses belajar mengajar berlangsung. Kegiatan yang dilaksanakan di sekolah harus terarah dan terencana, guna mencapai tujuan kesegaran jasmani yang diinginkan. Salah satu bidang studi yang cukup penting dalam rangka peningkatan kesegaran jasmani adalah mata pelajaran Pendidikan Jasmani.
Tujuan pendidikan jasmani di sekolah adalah membantu siswa dalam peningkatan kesegaran Jasmani melalui pengenalan dan penanaman sikap positif serta kemampuan gerak dari berbagai aktivitas jasmani, sedangkan fungsi dari Pendidikan jasmani yang disajikan di sekolah memiliki fungsi antara pengembangan aspek: (a) organic, (b) neuro moscular, (c) perceptual, (d) social dan (e) emosional (Depdiknas : 2003b).
Kesegaran jasmani merupakan aspek yang sangat penting dari kesegaran tubuh secara keseluruhannya yang memberikan kesanggupan pada seseorang untuk menjalani hidup yang produktif serta dapat menyesuaikan diri setiap beban fisik yang layak, (Sutarman, 1975). Dari uraian di atas dapatlah kita simpulkan bahwa Pendidikan Jasmani ini adalah untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan kemampuan gerak, menanamkan nilai, sikap dan membiasakan hidup sehat dikalangan siswa.
Program pendidikan jasmani seharusnya memberikan kesempatan bagi semua siswa untuk meningkatkan dan mempertahankan kesegaran jasmani mereka, sepadan dengan kebutuhan mereka yang selalu disibukkan dengan pelajaran tatap muka di kelas selama lebih kurang 8 - 10 jam sehari. Dengan demikian perlu adanya penyegaran dengan jalan berolahraga agar tingkat kesegaran jasmani tetap terjaga. Kesegaran jasmani merupakan faktor penentu dalam segala aspek kehidupan manusia. Kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang mengerjakan satu seri kelompok otot-otot dalam waktu yang lama untuk membebani sistim peredaran darah dan pernafasan tanpa menyebabkan ia berhenti bekerja (Bafirman 1994). Seorang siswa yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang tinggi atau tingkat kondisi tubuh yang prima akan dapat melakukan aktifitas belajar dengan baik dalam waktu yang cukup lama, tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

B. Rumusan Masalah
Latar belakang diatas, penulis bertolak ingin merumuskan masalah sebagai berikut:
 Meningkatkan kesegaran jasmani siswa dengan permainan kecil









BAB II
PEMBAHASAN


A. Hakikat Pendidikan Olahraga

Di sekolah-sekolah berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan dalam masa PPL, dimana keinginan siswa untuk berolahraga masih dirasakan sangat kurang tidak seperti yang diharapkan terutama bagi siswa perempuan. Kendalanya pada praktek di lapangan, dimana kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran, disamping itu guru lebih menekankan pada aspek keterampilan cabang olahraga dari pada nilai-nilai yang terdapat dalam olahraga tersebut seperti yang tercantum pada tujuan pembelajaran. Hal tersebut di atas mengakibatkan guru lebih cendrung melatih dari pada mengajar, sehingga proses pembelajaran Pendidikan jasmani lebih menekankan kepada aspek psikomotor siswa dari pada aspek kognitif dan afektif. Karena lebih menekankan aspek keterampilan olahraga tertentu, yang aktif hanya siswa yang mempunyai ketrampilan saja, sedangkan siswa yang tidak senang berolahraga tidak aktif sama sekali.
Untuk itu perlu adanya pendekatan yang digunakan oleh seorang guru yang dapat menjembatani antara siswa yang mempunyai keterampilan olahraga dengan yang tidak mempunyai keterampilan olahraga. Salah satu alternatif pendekatan yang digunakan adalah dengan memakai metoda permainan seperti membentuk permainan kecil yang dirancang oleh guru untuk mengarahkan siswa lebih aktif bergerak dan menarik agar siswa itu berkeinginan dari dalam dirinya untuk mengikuti olahraga dengan merasa senang tanpa merasa terpaksa oleh gurunya. Pendekatan metoda permainan kecil adalah suatu proses pembelajaran dimana dalam mengajarkan teknik cabang olahraga melalui bentuk permainan kecil tanpa mengabaikan materi inti Pelajaran. Disini peran guru dalam memberikan motivasi dan metode mengajar sangat dituntut agar diharapkan siswa mempunyai keinginan yang tinggi terhadap pentingnya olahraga itu. Kegiatan olahraga ini jangan hanya terbatas dalam waktu 2 x 45 saja, akan tetapi perlu adanya olahraga tambahan di luar jam tatap muka seperti kegiatan ekstrakurikuler olahraga. Dalam pengajaran reflektif seorang guru dikatakan berhasil apabila ia dapat mencapai kepuasan, professional, dan ia vsecara efektf dengan lingkungan pengajaran khusus. Seorang guru yang reflektif harus mampu memanfaatkan lingkungan yang ada secara optimal sehingga dapat menumbuhkan situasi dan kondisi yang merangsang anak untuk senang belajar olahraga.

B. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pengertian Pendidikan jasmani banyak sekali variasi yang dikemukakan oleh pakar antara satu dengan lainnya. Setiap penulis cendrung memberikan definisi pendidikan jasmani menurut pandangannya masing-masing. Pendapat Cholik, M (1997) mengatakan bahwa proses pendidikan jasmani yang melibatkan interaksi antara peserta (anak didik) dengan lingkungannya yang dikelola melalui aktifitas jasmani secara sistimatik menuju pembentukan manusia seutuhnya.
Kemudian dari pada itu Pendidikan Jasmani dapat juga kita artikan suatu pendidikan yang mempergunakan fisik atau tubuh sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, atau suatu pendidikan melalui aktivitas-aktivitas jasmani. Atau juga Pendidikan Jasmani adalah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah untuk menuju kebulatan kepribadian manusia dengan cita-cita kemanusiaan. Dari definisi di atas maka dapat dirumuskan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktifitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental, sosial, dan emosional yang serasi selaras dan seimbang.
Pada usia sekolah anak diharapkan bergerak dengan aktifitas fisik yang teratur. Rangsangan sensoris pada usia dini penting untuk mengembangkan kemampuan, kemampuan menganalisis dan bahkan menjadi faktor perantara yang memungkinkan tercapainya proses belajar yang cepat pada tahap dewasa.

C. Hakikat Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani merupakan aspek yang sangat penting dari kesegaran jasmani secara keseluruhannya, yang nantinya akan memberikan kesanggupan pada seseorang untuk menjalani hidup yang produktif serta dapat menyesuaikan diri setiap beban fisik yang layak, (Sutarman, 1975). Kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari – hari dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk keperluan yang mendadak. Dapat pula ditambahkan, kesegaran jasmani merupakan kemampuan untuk menunaikan tugas-tugas dengan baik walaupun dalam kedaaan sukar, dimana orang yang kesegaran jasmaninya kurang, tidak akan dapat melakukanya (Sumosardjono, 1992). Jadi dengan demikian dapat dikemukakan bahwa ada komponen-komponen yang dapat mempengaruhi kesegaran jasmani, yaitu : (a) kondisi fisik setelah melakukan tugas-tugas yang diberikan tetap baik; (b) kemampuan atau kapasitas seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas sehari-hari; (c) Kemampuan untuk mengatasi situasi dalam keadaan sukar.
Tingkat kesegaran jasmani sangat penting dan sesuai dengan kebutuhan siswa yang selalu dihadapkan dengan kegiatan jadwal pelajaran yang padat, karena bila kesegaran jasmani meningkat akan dapat memberikan hal yang berarti terhadap ketahanan jasmaniah. Seseorang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang tinggi akan memiliki kekuatan dan ketahanan untuk melakukan aktifitas kehidupan tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
Selanjutnya seseorang yang mempunyai dasar kesegaran jasmani yang baik, dan perkembangan badan yang kuat melalui aktifitas jasmani, akan lebih memiliki pandangan keingintahuan sebab mempunyai semangat hidup yang lebih besar dan tingkat tenaganya yang tinggi. Tenaga tersebut diperlukan untuk menyelesaikan tugasnya dan kegiatan rutin” (Adisasmita, 1989). Dari penjelasannya dapat dikemukakan bahwa kesegaran jasmani merupakan factor penentu dalam segala aspek kehidupan. Seorang yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang tinggi atau tingkat kondisi tubuh yang prima akan dapat melakukan aktivitas yang lama dengan beban yang cukup, tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Dengan meningkatnya kesegaran jasmani siswa, dia akan mempunyai daya tahan tubuh terhadap berbagai macam penyakit yang akan mengganggu aktivitas belajarnya. Kekebalan terhadap penyakit merupakan faktor yang sangat penting. Seorang siswa yang dikatakan dalam kondisi baik (fit) kesegaran jasmaninya, berarti kekebalan tubuhnya terhadap serangan penyakit keturunan maupun penyakit yang datangnya dari lingkungan semakin membaik.
Kesegaran jasmani dapat dikelompokkan sebagai berikut : a) Kekebalan terhadap serangan penyakit; (b) Kekuatan dan ketahanan otot; (c) Ketahanan cardiorespiratory; (d) Daya otot (muscular power); (e) Fleksibelitas; (f) Kecepatan; (g) Kelincahan; (h) Koor-Dinasi; (i) Keseimbangan; (j) Ketepatan” (Ahady dan Heiri 1982).

D. Hakikat Permainan Kecil Dalam Berolahraga

Pendekatan permainan adalah suatu proses penyampaian pengajaran dalam bentuk bermain tanpa mengabaikan materi inti. Permainan yang dimaksukan disini adalah permainan kecil yang materinya disesuaikan dengan standar kompetensi dalam kurikulum. Permainan kecil ini dapat digunakan untuk mengajar Atletik, senam dan cabang olahraga lainnya yang ada hubunganya dengan pendidikan jasmani. Menurut Cholik, M (1997) Pelajaran pendidikan jasmani di sekolah bukan mengejar prestasi (aspek skill) tetapi menyalurkan dorongan-dorongan untuk aktif bermain.
Pendidikan jasmani untuk anak harus lebih menekankan kepada aspek permainan dari pada teknik cabang olahraganya karena bermain adalah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia pada umumnya dan siswa khususnya. Jadi dengan demikian permainan dikonsentrasikan pada pendekatan memahami masalah yang didasarkan atas domein kognitif, dirancang oleh guru untuk mengarahkan siswa memahami kegiatan dan tujuan ketrampilan dalam kegiatan tersebut. Pendekatan ini memungkinkan guru untuk membantu kelompok kecil atau individu yang tekniknya masih kurang. Dengan menyeimbangkan penekanan pada domein kognitif, afektif dan psikomotor dalam kegiatan fisik berupa bermain, diharapkan dapat menarik keinginan siswa bila mereka dibantu dan dorong oleh gurunya.
Bermain merupakan aktifitas yang dapat membentuk kepribadian dan penemuan diri bagi siswa. Penekanan dalam bermain akan menjadikan mata pelajaran Pendidikan Jasmani sesuatu yang sangat menyenangkan dan sangat menarik dan selalu ditunggu-tunggu oleh siswa.
Dengan pendekatan permainan kecil untuk mencapai tujuan pelajaran akan mempunyai dampak dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :
a. Menempatkan permainan kecil menjadi fokus dari mata pelajaran Pendidikan jasmani yang dapat meningkatkan kegembiraan dan kepuasan pada diri siswa dalam melakukan gerakan-gerakan untuk bermain, dalam rangka mencapai unsur kesegaran jasmani.
b. Memungkinkan siswa yang kurang terampil berolahraga dan kurang menyenangi olahraga akan menyenangi kegiatan jasmani atau olahraga seperti kawan-kawan lain yang secara jasmaniah berbakat dalam olahraga.
c. Mendorong siswa untuk belajar mengambil keputusan mereka sendiri dalam waktu yang sangat singkat.
d. Keterampilan olahraga tidak mutlak harus dimiliki oleh siswa laki-laki saja tetapi siswa perempuan harus mampu untuk melakukannya.

Jadi dengan demikian dari berapa pendapat para pakar di atas maka dapat kita hubungkan dengan kenyataan yang ada,maka gerakan bermain siswa akan menemukan dirinya sendiri sebagai suatu kesatuan yang lahir tersendiri dengan ciri-ciri tubuh dan kapasitas dirinya sendiri. Konsep yang timbul tentang dirinya adalah mempertinggi ego seperti perhatian terhadap ketangkasan dan akal dan pikirannya. Untuk dapat meningkatkan kesegaran jasmani siswa tanpa mengabaikan kurikulum yang ada, di bawah ini disajikan permainan kecil yang mengarah pada pencapaian kurikulum dan juga untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa.
Contoh permainan kecil untuk pemanasan dengan materi pelajaran Atletik (lari sprint) dan mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana. Maka dengan adanya unsur permainan kecil yang dimunculkan dalam setiap pertemuan dengan siswa dalam proses belajar mengajar baik itu untuk pemanasan maupun pelajaran inti atau kegiatan akhir, maka kita sebagai seorang guru
Penjasorkes dapat membantu siswa untuk mencapai salah satu unsur kegembiraan. Dalam permaianan kecil unsure kegembiraan sangat diutamakan sekali.
Kegembiraan yang dimaksud disini dalam arti yang paling disenangi anak dalam bermain adalah kegembiraan dan menikmati setiap gerakan yang dilakukan. Anak berlari, melompat dan berputar sambil menjerit dengan gembira sebagai ungkapan rasa riang dalam hidupnya sehingga mereka dapat melupakan sejenak kegiatan rutinitasnya sehari-hari yang selalu disibukkan dengan berbagai macam persoalan yang ada dalam kehidupannya, seperti sebagai seorang siswa selalu menghadapi pelajaran yang sangat berat di sekolah sedangkan di rumah dihadapkan dengan setumpuk pekerjaan rumah yang harus diselesaikannya dan juga membantu orang tuanya dirumah. Dengan adanya unsur kegembiraannya tadi anak dalam berolahraga tanpa disadarinya dia telah melakukan gerakangerakan yang sulit, dapat mengatasi permasalahan dengan cepat, dan dapat bertindak dalam seketika. Jadi dengan demikian apa yang diinginkan seperti kesegaran jasmani yang baik akan tercapai.
Dalam meningkatkan kesegaran jasmani siswa, guru olahraga banyak yang belum dapat memecahkan persoalan yang sering dihadapinya di lapangan. Untuk memecahkan permasalahan yang selalu timbul dari kegiatan olahraga di sekolah adalah dimana seorang guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus memiliki kemampuan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang dapat menarik dan mampu merangsang siswa untuk senang mengikuti pelajaran olahraga. Seorang guru Pendidikan Jasmani harus banyak mempunyai variasi atau cara mengajar apakah itu bermain membentuk kelompok-kelompok kecil atau perindividu siswa, dan mempunyai bermacam-macam permainan kecil yang mengarah ke standar kompetensi yang terdapat dalam kurikulum, sehingga membuat siswa itu senang mengikuti olahraga dan bermain.
Dalam pelajaran pendidikan jasmani dapat terlihat siswa ini banyak yang kurang melakukan kegiatan, ini disebabkan karena metoda yang dipakai oleh guru kurang menarik dan kurangnya pendekatan yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran. Pembelajaran terlihat sangat kaku dimana siswa lebih banyak menunggu giliran untuk melakukan kegiatan, sehingga waktu yang digunakan lebih banyak untuk menunggu giliran dari pada melakukan kegiatan. Kegiatan ini menyebabkan siswa lebih banyak diam dari pada bergerak, hal ini sangat bertentangan dengan karakteristik Pendidikan Jasmani dan olahraga. Disamping metoda pengajaran yang kurang menarik juga dibarengi dengan peralatan yang dipakai masih kurang kalau dibandingkan dengan jumlah siswa yang melakukan kegiatan olahraga.
Pengajaran yang baik dalam pendidikan jsamani dalam kenyataanya lebih dari mengembangkan keterampilan olahraga. Pengajaran yang baik tersebut melibatkan aspek-aspek yang berhubungan dengan apa yang sebenarnya dipelajari oleh siswa melalui partisipasinya, bukan aktivitas atau olahraga yang mana dapat mereka lakukan. Agar program Pendidikan jasmani berhasildengan baik maka perlu dikaitkan dengan program-program kegiatan lainnya.
Mengingat makna penting tersebut, aktifitas jasmani harus diartikan sebagai kegiatan peserta didik untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup kognitif, afektif, sosial. Melalui kegiatan Pendidikan Jasmani di sekolah diharpkan anak didik menjadi tumbuh dan berkembang sehar dan segar jasmaninya, serta perkembangan pribadinya secara harmonis. Dalam hubungannya dengan prestasi olahraga pendidikan jasmani berupaya membentuk keterampilan gerak dasar yang bermanfaat dalam usaha pembibitan olahragawan melalui kegiatan ekstrakurikuler.




Kesimpulan
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa dengan pendekatan melaui permainan kecil ini akan dapat mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di tingkat sekolah akan menjadi lebih menyenangkan dan menimbulkan unsur-unsur kegembiraan, sehingga tingkat partisipasinya lebih meningkat dibandingkan pola-pola pembelajaran tradisionil. Model pembelajaran diusahakan dalam bentuk permainan (permainan kecil), meskipun atletik cendrung bukan permainan. Apabila dikaitkan dengan kajian teoritik, pemberian beban keterampilan gerak dengan memperhatikan tingkat perkembangan anak berpengaruh positif terhadap perkembangan selanjutnya.
Jika anak diberikan bentuk kegiatan yang semestinya dilakukan orang dewasa, mereka akan frustasi bahkan lari dari kegiatan. Sebaliknya bila bentuk kegiatan tersebut memang cocok untuk usia mereka, mereka akan senang dan gembira. Dan jika mereka senang dan gembira dalam beraktifitas, sudah barang tentu partisipasi mereka akan meningkat dalam proses pembelajaran. Dalam model pembelajaran ini guru dituntut aktif dan kreatif dalam pembelajaran anak. Kreatifitas diperlukan dalam mempersiapkan pelajaran maupun saat dilapangan. Karena tidak menutup kemungkinan saat dilapangan guru harus melakukan improvisasi ketika irama pembelajaran mandeg. Guru tidak hanya tergantung pada peralatan/perlengkapan yang dimiliki sekolah, melinkan harus kreatif menciptakan alat-alat pembelajaran sederhana.










DAFTAR PUSTAKA

Bafirman . (1989) . Pembinaan Kesegaran Jasmani : FPOK IKIP Padang.
Cholik, M. (1977). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta, Proyek Pengembangan Guru Sekolah Dasar

Depdiknas, 2003b. Kurikulum (2004) Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SMP dan MTs. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional. Sutarman. (1975). Pengertian Kesegaran Jasmani dan Tes Kardiorespirasi, Jakarta : Koni

Yusuf, Adisasmita. (1989). Hakikat, Filsafat dan Peranan Pendidikan Jasmani Dalam Masyarakat. Jakarta : Depdikbud.

EKSISTENSI MANUSIA DALAM ILMU PENDIDIKAN

Jika Seni merupakan perwujudan nilai-nilai yang berkaitan dengan jiwa , maka ilmu lebih bergelut dengan fakta-fakta dan berurusan dengan akal yang mengarahkan dan membelokkan jiwa kepada hakikat benda. Ciri khas ilmu pengetahuan adalah mencari hubungan gejala-gejala yang faktawi. Ia tidak puas menyatakan benar sesuatu itu apa; begini dan begitu. Ia ingin tahu apa sebab¬nya sesuatu itu ada. Pengetahuan ilmiah mencoba menginte¬grasikan yang terpotong-potong dalam pengetahuan pra ilmiah pada kesatuan. Dalam mencapai pengertian ilmu pengetahuan maju secara sistematis. Ia tidak bersifat menunggu saja seolah-olah pada waktunya dan dalam situasi tertentu terang pengetahuan akan menyingsing dengan sendirinya.
Ilmu penge¬tahuan harus mengusahakan pengertian melalui penyelidikan. Ilmuwan tidak akan menerima sesuatu apapun sebagai fakta dan kebenaran kalau sebabnya atau sumbernya tidak diketahui dan dipertanggungjawabkan. Dengan demikian bahaya kekeliruan atau ketidakbenaran dapat agak dikurangi. Ilmuwan bersikap kritis. Sekalipun demikian ia tidak kebal terhadap kekeli¬ruan dan kesesatan. Hanya dapat dikatakan bahwa pengetahuan¬nya jauh lebih kokoh dan lebih dapat diandalkan.
Ketidaktahuan manusia untuk sebagian besar dilengkapi oleh ilmu pengetahuan. Namun, ilmu pengetahuan masih juga mempunyai kekurangan dan keterbatasan, dan karena itu tidak juga memuaskan. Cara ilmu berkiprah metodiknya tidak memungkinkan untuk meneropongi serentak seluruh realitas dalam totalitas¬nya.
Walaupun ilmu pengetahuan mencari pengertian dengan menerobos realitas sendiri, pengertian ini hanya dicari pada tataran empiris dan eksperimental. Maksudnya, ilmu pengeta¬huan membatasi kegiatannya hanya pada fenomen-fenomen yang - entah langsung atau tidak - dapat dicerap oleh indera. Tambahan pula, ilmu pengetahuan hanya meneliti dan mempela¬jari salah satu sektor tertentu dari seluruh realitas. Cara kerjanya (terpaksa) fragmentaris atau terbagi-bagi. Fragmen¬tarisme ini mudah menyebabkan bahwa orang tidak lagi melihat keseluruhan atau totalitas, dan perkaitan antara dia dengan realitas. Muncul bahaya sikap berat sebelah Orang hanya tahu lorongnya sendiri.
Dunianya kecil sekali. Padahal tiap-tiap orang sebetulnya menginginkan dan menghasratkan di dalam hatinya kesatuan dan sintesa. Dengan kata lain ilmu pengetahuan tidak menerobos sampai ke inti obyeknya yang sama sekali tersembunyi dari observasi. Ia tidak menjawab perihal kausalitas yang paling dalam. Jika kita mempelajari ilmu, akan masih tertinggal beraneka ragam pertanyaan yang bersifat mendasar, namun tidak termasuk ke dalam tataran empiris dan eksperimental. Kita “tahu” atau sekurang-kurang¬nya merasakan adanya lapisan lebih dalam yang dapat digali. Kita belum mencapai pengertian fundamental.
Adakalanya kita mendengar orang mengatakan bahwa cara bernalar dan mencari fakta oleh ilmu pengetahuan lebih banyak bersifat sentrifugal, artinya menjauh dari manusia itu sendiri beserta persoalan-persoalan pribadinya, daripada sentripetal, artinya memusat atau mendekati manusia konkret atau “sang aku”. Persoalan-persoalan ilmu pengetahuan terla¬lu umum dan tidak mengena pada diri pribadi orang, dan karena itu tidak mempunyai cukup kedalaman. Orang individual tidak dihampirinya sebagai seorang “aku” melainkan sebagai “dia” atau “manusia” saja Karl Jasper menyebutkan bahwa iIlmu pengetahuan adalah pengetahuan fakta dan bukan pengetahuan realitas yang asli, yang menghasilkan suatu ikhtisar dan pandangan yang menyeluruh dan meliputi keseluruhan realitas pada dirinya. Padahal keseluruhan itu menjadi ruang hayat manusia.
Ilmu tidak menyediakan cita-cita yang menggiurkan hati, tidak memberikan kaidah-kaidah mutlak dan bersifat mengikat demi tercapainya tujuan kehidupan yang ingin dica¬pai seseorang oleh dirinyanya pribadi, dan akhirnya mungkin menjauhkan dirinya dari masalah makna segala-galanya, yang justru lebih dipentingkan orang. Sebab, setiap kali manusia belajar atau menemukan sesuatu, ia ingin mencari lebih jauh lagi dan bertanya-tanya terus sampai saat ia mendapatkan jawaban mengenai “sebab terakhir”, yang menyingkapkan adanya semua yang ada dan sekaligus menampakkan bobot sebenarnya dari semua yang ada.
Pendidikan bagi manusia dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, mengenai apapun bentuk isi, tingkatan status dan metoda apa yang digunakan dalam proses pendidikan tersebut, baik formal maupun non-formal, baik dalam rangka kelanjutan pendidikan di sekolah maupun sebagai pengganti pendidikan di sekolah, di tempat kursus, pelatihan kerja maupun di perguruan tinggi, yang membuat manusia mampu mengembangkan kemampuan, keterampilan, memperkaya khasanah pengetahuan, meningkatkan kualifikasi keteknisannya atau keprofesionalannya dalam upaya mewujudkan kemampuan ganda yakni di suatu sisi mampu mengembangankan pribadi secara utuh dan dapat mewujudkan keikutsertaannya dalam perkembangan sosial budaya, ekonomi, dan teknologi secara bebas, seimbang, dan berkesinambungan.
Dalam hal ini, terlihat adanya tekanan rangkap bagi perwujudan yang ingin dikembangkan dalam aktivitas kegiatan di lapangan. Pertama untuk mewujudkan pencapaian perkembangan setiap individu, dan kedua untuk mewujudkan peningkatan keterlibatannya (partisipasinya) dalam aktivitas sosial dari setiap individu yang bersangkutan. Tambahan pula, bahwa pendidikan seorang manusia mencakup segala aspek pengalaman belajar yang diperlukan oleh manusia, baik pria maupun wanita, sesuai dengan bidang keahlian dan kemampuannya masing-masing.
Dengan demikian hal itu dapat berdampak positif terhadap keberhasilan pembelajaran seorang manusia yang tampak pada adanya perubahan perilaku ke arah pemenuhan pencapaian kemampuan/keterampilan yang memadai. Di sini, setiap individu yang berhadapan dengan individu lain akan dapat belajar bersama dengan penuh keyakinan. Perubahan perilaku dalam hal kerjasama dalam berbagai kegiatan, merupakan hasil dari adanya perubahan setelah adanya proses belajar, yakni proses perubahan sikap yang tadinya tidak percaya diri menjadi perubahan kepercayaan diri secara penuh dengan menambah pengetahuan atau keterampilannya. Perubahan perilaku terjadi karena adanya perubahan (penambahan) pengetahuan atau keterampilan serta adanya perubahan sikap mental yang sangat jelas, dalam hal pendidikan seorang manusia tidak cukup hanya dengan memberi tambahan pengetahuan, tetapi harus dibekali juga dengan rasa percaya yang kuat dalam pribadinya. Pertambahan pengetahuan saja tanpa kepercayaan diri yang kuat, niscaya mampu melahirkan perubahan ke arah positif berupa adanya pembaharuan baik fisik maupun mental secara nyata, menyeluruh dan berkesinambungan. Perubahan perilaku bagi seorang manusia terjadi melalui adanya proses pendidikan yang berkaitan dengan perkembangan dirinya sebagai individu, dan dalam hal ini, sangat memungkinkan adanya partisipasi dalam kehidupan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan diri sendiri, maupun kesejahteraan bagi orang lain, disebabkan produktivitas yang lebih meningkat. Bagi seorang manusia pemenuhan kebutuhannya sangat mendasar, sehingga setelah kebutuhan itu terpenuhi ia dapat beralih ke arah usaha pemenuhan kebutuhan lain yang lebih masih diperlukannya sebagai penyempurnaan hidupnya.

Senin, 28 Juni 2010

ILMU TERAPAN PENDIDIKAN

kadangkala kita tidak perbah sadar apa yang kita cari, apa yang kita butuhkan,,,
kita sekolah semata-mata hanya ingin mendapatkan kesuksesan semata,,,
kita belajar,,menghafal semua pelajaran,,tapi kita tidak pernah tau yang kita belajar yang kita hafal,,apakah akan membawa kita kepada tujuan hidup kita,,,

sedikit pelajaran penting dari saya:
“Jangan belajar untuk mencari kesuksesan semata, tapi belajarlah untuk membesarkan jiwa mu untuk bisa membanggakan orang tua mu dan tau tujuan hidup mu kedepan”
“Jangan pernah mengejar kesuksesan, tapi kejarlah kesempurnaan, maka kesuksesan akan mendatangi mu”
“untuk apa kita menghafal dalam belajar, kalau kita tidak pernah memahami materi yang kita hafal, tapi nikmati lah betapa indah nya ilmu pengetahuan maka semua dengan sendirinya materi ilmu itu akan terhafal”
“ tidak ada gunanya menjadi orang sukses, tapi jadilah orang yang berjiwa besar. Maka kesuksesan akan mendatangi mu”

Minggu, 27 Juni 2010

HUBUNGAN JUMLAH, KUALITAS SERTA STATUS SARANA DAN PRASARANA DI SD NEGERI 1 PAGAR AIR BANDA ACEH

b. Latar Belakang
Pendidikan Jasmani dan olahraga perlu semakin ditingkatkan dan di masyarakatkan sebagai cara pembinaan kesehatan jasmani dan rohani bagi setiap anggota masyarakat. Selanjutnya perlu ditingkatkan usaha-usaha pembinaan dan peningkatan prestasi dalam berbagai cabang olahraga. Untuk itu perlu ditingkatkan kemampuian sarana dan prasarana pendidikan jasmani dan olahraga termasuk para pendidik, pelatih dan penggeraknya dan digalakkan gerakan untuk memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat (Kamal Johana, supandi : 1990 : 9).
Selama ini perkembangan olahraga semakin pesat bahkan sudah memasyarakat, sehingga sebagian masyarakat telah memandang olahraga sudah menjadi bagian dalam hidupnya, bahwa mekakukan olahraga merupakan suatu yang sama pentingnya dengan kebutuhan lainnya. Sudah sewajarnya apabila kebutuhan sarana dan prasarana perlu ada dan ditingkatkan supaya dapat melakukan kegiatan olahraga perlu didasari bahwa sarana dan prasarana sangat dibutuhkan dalam melakukan olahraga, karena tanpa sarana dan prasarana olahraga tidak dapat berkembang sesuai dengan perkembangan olahraga di Negara lain.
Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan (secara umum) yang berlangsung melalui aktifitas yang melibatkan mekanisme gerak tubuh manusia dan menghasilkan pola-pola prilaku individu yang bersangkutan. Pendidikan jasmani menurut Soepartono (2000 : 1) merupakan pendidikan yang menggunakan aktifitas sebagai media utama untuk mencapai tujuan. Adapun tujuan pendidikan jasmani menurut Depdiknas (2004 : 6) pada situs skripsi sarana dan prasarana adalah :
1. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani
2. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran pendidikan jasmani
3. Mengembangkan sikap sportif, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis melalui aktifitas jasmani.
Menurut Abror Hisyam pada situs skripsi pdf sarana dan prasarana mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sarana dan prasarana yaitu :
1. Pertambahan jumlah penduduk;
2. Makin meluasnya daerah kota-kota;
3. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti dan pentingnya olahraga;
4. Mobilitas transportasi meningkat;
5. Berkurangnya lapangan terbuka;
6. Meningkatnya mekanisme dalam industri;
7. Arus perpindahan penduduk dari desa ke kota;
8. Meningkatnya taraf hidup sosial ekonomi dan budaya
Dengan hal diatas maka sekolah seharusnya menyediakan sarana dan prasarana yang sesuai dan akan lebih bagus kalau setiap sekolah mempunyai sarana dan prasarana yang di perlukan dalam pengajaran pendidikan jasmani (Penjas). Kurangnya sarana dan prasarana di sekolah, maka seorang guru penjaskes di tuntut untuk berkreatifitas dalam penyampaian materi dengan sarana dan prasarana yang kurang memenuhi. Dengan demikian di sekolah-sekolah seharusnya disediakan sarana dan prasarana yang seluas-luasnya agar pelaksanaan pendidikan jasmani dan kesehatan dapat berjalan sesuai dengan kurikulum yang ada.
Kegiatan olahraga merupakan kebutuhan yang penting terutama pada saat sekarang ini, manusia setiap hari selalu bergelut dengan kegiatan rutin yang sebagian besar dilakukan di dalam ruangan. Hal ini menyebabkan aktifitas gerak badan sangat minim. Apabila tubuh kurang gerak, maka akan berdampak pada timbulnya berbagai penyakit seperti kegemukan, tekanan darah tinggi bahkan penyakit jantung.
Untuk dapat melakukan aktifitas olahraga dengan baik, diperlukan alat atau sarana yang mendukung kagiatan tersebut. Sarana olahraga adalah sesuatu alat atau bahan yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani. Sebagai contoh sarana olahraga/ pendidikan jasmani adalah bola yang dipakai dalam bermain sepak bola, tongkat yang dipakai pada nomor lari estafet dalam olahraga atletik dan lain-lain. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggarakannya suatu kegiatan atau proses pembelajaran penjas.
Harus diakui bahwa sarana dan prasarana olahraga yang ada disekolah-sekolah maju lebih baik dibandingkan fasilitas sarana dan prasarana olahraga disekolah yang belum begitu maju, namun begitupun setiap sekolah perlu meningkatkan mutu dan jumlah sarana dan prasarana olahraga, sehingga tujuan dan fungsi pendidikan jasmani dapat tercapai dengan lebih baik. Selain itu perlunya sarana dan prasarana olahraga diperlukan untuk memperlancar kegiatan belajar-mengajar penjas tersebut. Disini dibutuhkan dan dituntut peran kepala sekolah dan guru-guru terutama guru olahraga di sekolah dalam penyediaan fasilitas sarana dan prasarana olahraga, khususnya olahraga yang ada, yaitu : sepak bola, bola voli, bola basket, bulu tangkis dan lain-lain.
Dengan kata lain kegiatan olahraga tidaklah mungkin berjalan tanpa sarana dan prasarana, seperti halnya lapangan dan perlengkapan yang sesuai akan dapat memperlancar pendidikan jasmani, yang artinya interaksi belajar-mengajar dalam pendidikan jasmani akan berjalan lebih lancar bila sarana dan prasarana mencukupi.
Upaya pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana olahraga di SD memang bukan hal mudah, faktor dana merupakan masalah klasik yang sampai sekarang ini sulit dipecahkan, hal ini dikarenakan subsidi dari pemerintah yang belum mencukupi tentunya, akan tetapi itulah kondisi yang harus kita terima sambil kita terus memperbaiki apa yang telah ada.
Secara umum sekolah-sekolah di negara kita ini masih memiliki sarana dan prasarana yang cukup minim, termasuk sarana dan prasarana olahraga. Banyak dijumpai sekolah-sekolah yang memiliki sarana dan prasarana olahraga yang cukup memprihatinkan. Ada sekolah yang hanya memiliki halaman sekolah yang berukuran kecil, sehingga areal untuk dijadikan sebagai tempat prasarana aktivitas jasmani menjadi kurang. Hal ini tentu akan mengurangi kualitas dan kuantitas pembelajaran dan pendidikan jasmani di sekolah tersebut.
Diperkotaan yang padat penduduknya sekarang ini banyak dibangun sekolah yang mempunyai bangunan permanen dengan areal sempit. Untuk menambah jumlah lokal, bangunan sekolah dibuat bertingkat namun dengan halaman yang sangat terbatas, sehingga tidak mencukupi lagi dipakai untuk lapangan olahraga. Untuk keadaan seperti ini, pihak sekolah harus mengusahakan bagaimana mata pelajaran pendidikan jasmani tetap berjalan dengan seefektif mungkin. Jadi sarana dan prasarana pendidikan jasmani tetap diusahakan keberadaannya, walau dengan ukuran yang terbatas. Untuk cabang olahraga sepak bola dapat digantikan dengan olahraga futsal, karena sepak bola memerlukan lapangan yang sangat besar.
Di sisi lain ada sekolah yang mempunyai halaman yang luas seperti pada sekolah-sekolah yang berada dipinggir kota, namun tidak sanggup untuk membangun prasarana olahraga yang memerlukan dana besar seperti bola basket, futsal, renang, jadi lapangan tersebut hanya dapat dijadikan prasarana olahraga sepak bola, volli dan badminton serta sebagian atletik.
Yang paling ekstrim adalah apabila ada sekolah atau yayasan yang merasa bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani kurang penting (nomor dua) bila dibandingkan dengan pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, Kimia dan lain-lain, sehingga kecendrungan guru olah raga dalam melaksanakan proses pembelajaran hanya sekedar memenuhi kewajiban saja.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah harus diusahakan berjalan seefektif mungkin, walau dengan banyak keterbatasan, karena pendidikan jasmani merupkan salah satu mata pelajaran pokok dan wajib diajarkan di sekolah-sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai survei tentang sarana dan prasarana olahraga di SD 1 Pagar Air. Berdasarkan pengamatan penulis selama dilihat disana, kondisi sarana dan prasarana olahraga di SD 1 Pagar Air secara umum adalah masih kurang memenuhi standard. Selain itu, terlihat masih kurang efektifnya pemakaian sarana dan prasarana yang telah ada.

c. Rumusan Masalah
Melihat dari banyaknya identifikasi masalah di atas maka untuk menghindarkan penafsiran yang berbeda-beda, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada hubungan jumlah, kualitas serta status sarana dan prasarana olahraga yang ada di SD 1 Pagar Air.
Dari identifikasi masalah yang ada dapat di rumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana jumlah sarana olahraga yang ada di SD 1 Pagar Air ?
2. Bagaiman kualitas sarana olahraga yang ada di SD 1 Pagar Air ?
3. Bagaimana status kepemilikan sarana olahraga yang ada di SD 1 Pagar Air ?
4. Bagaimana jumlah prasarana olahraga yang ada di SD 1 Pagar Air ?
5. Bagaimana kualitas prasarana olahraga yang ada di SD 1 Pagar Air ?
6. Bagaimana status kepemilikan prasarana olahraga yang ada di SD 1 Pagar Air ?

d. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah merupakan sasaran yang ingin di capai oleh seorang peneliti, sesuai dengan latar belakang yang telah penulis kemukakan maka yang menjadi penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui jumlah, kualitas serta status sarana dan prasarana di SD 1 Pagar Air.

e. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi sekolah dapat bermanfaat sebagai masukan untuk memperbaiki dan membenahi sarana dan prasarana olahraga yang terdapat di sekolah.
2. Bagi guru penjas orkes, sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pembelajaran penjas orkes di sekolah.
3. Bila diterima penelitian ini diharapkan akan bisa menjadi masukan bagi dunia olahraga khususnya penjas orkes di SD 1 Pagar Air.

f. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana hubungan jumlah kualitas serta status sarana dan prasarana olahraga di SD 1 Pagar Air ?

g. Landasan Teoritis
1. Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani
1.1 Sarana Pendidikan Jasmani
Abror Hisyam (1991 : 3) “mengungkapkan dalam situs pdf skripsi sarana dan prasarana yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani. Sarana olahraga dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
1) Peralatan (apparatus)
Peralatan adalah sesuatu yang digunakan, contoh : palang tunggal, palang sejajar, gelang-gelang, kuda-kuda dan lain-lain.
2) Perlengkapan (device)
Sesuatu yang melengkapi prasarana, misalnya : net, bendera untuk tanda, garis batas dan lain-lain.
Sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau kaki, misalnya : bola, raket, pemukul dan lain-lain.
Pada prasarana olahraga yang dipakai dalam kegiatan olahraga pada masing-masing cabang olahraga memiliki ukuran yang standard. Akan tetapi apabila olahraga tersebut di pakai sebagai materi pembelajaran pendidikan jasmani, sarana yang digunakan bisa dimodifikasi, disesuaikan dengan kondisi sekolah dan karakteristik siswa.
Didalam pendidikan jasmani, sarana sederhana dapat digunakan untuk pelaksanaan materi pelajaran pendidilan jasmani yang tentunya dalam bentuk permainan, misalnya : bola kasti, bola tenis, potongan bambu dan lain-lain.
1.2 Prasarana Pendidikan Jasmani
Secara umum prasarana berarti segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha atau pembangunan). Dalam olahraga prasarana didefinisikan sebagai sesuatu yang mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relatif permanent. Salah satu sifat tersebut adalah susah dipindahkan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disebutkan beberapa contoh prasarana olahraga adalah : lapangan tenis, lapangan bola basket, gedung olahraga, lapangan sepak bola, stadion atletik dan lain-lain. Gedung olahraga merupakan prasarana berfungsi serba guna yang secara berganti-ganti dapat digunakan untuk pertandingan beberapa cabang olahraga. Gedung olahraga dapat digunakan sebagai prasarana pertandingan bola voli, prasarana bulu tangkis dan lain-lain.
Sering kali stadion atletik digunakan sebagai prasarana pertandingan sepak bola yang memenuhi syarat pula, contohnya stadion utama harapan bangsa. Semua yang disebutkan di atas adalah contoh-contoh prasarana olahraga yang standar. Tetapi pendidikan jasmani seringkali hanya dilakukan di halaman sekolah atau di sekitar taman. Hal ini bukan karena tidak adanya larangan pendidikan jasmani dilakukan di halaman yang memenuhi standard, tetapi memang kondisi sekolah-sekolah saat sekarang hanya sedikit yang memiliki prasarana olahraga yang standard. Tujuan diadakannya sarana dan prasarana adalah untuk memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan pendidikan jasmani dan memungkinkan pelaksanaan program kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani.
1.3 Ukuran Standar Prasarana Pendidikan Jasmani
Soepartono (2000 : 13), Pada situs tersebut mengungkapkan bahwa “ standar umum prasarana dan olahraga atau kesehatan dapat di jabarkan sebagai berikut :
1. Prasarana olahraga pendidikan jasmani di sekolah untuk Sekolah Dasar lima kelas dan jumlah murid 125-150 murid. Diperlukan area seluas 1.110 M2 untuk prasarana olahraga dan pendidikan jasmani.
2. Prasarana olahraga pendidikan jasmani di sekolah untuk Sekolah Dasar lima kelas dan jumlah murid 125-150 murid. Diperlukan area seluas 8 M2/ untuk parasarana sekolah ditambah 1.500 M2 untuk prasarana olahraga/pendidikan jasmani.
3. Prasarana olahraga/pendidikan jasmani di sekolah untuk tingkat Sekolah Dasar lima kelas dan jumlah murid 125-150 murid. Diperlukan area untuk prasarana sekolah 8 M2/murid ditambah 2000 M2 untuk prasarana olahraga.
Demikian standar prasarana olahraga disekolah, ternyata digunakan standar permurid. Jika jumlah murid sedikit maka lapangan olahraga yang diperlukan relatif lebih kecil di bandingkan dengan sekolah yang muridnya banyak. Ternyata fasilitas lapangan untuk pendidikan jasmani tidak sama dengan fasilitas olahraga untuk cabang-cabang olahraga yang sebenarnya, sehingga dalam pelaksanaanya cabang-cabang olahraga dalam pendidikan jasmani atau dimodifikasi.
1.4 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani
Tujuan pemeliharaan atau peralatan dalam kegiatan olahraga adalah untuk menentukan dan meyakinkan bahwa alat-alat dalam keadaaan aman dan memuaskan untuk digunakan kegiatan-kegiatan tersebut (Abror Hisyam, 1991 : 31).
1.5 Prinsip-Prinsip dalam Pemeliharaan
1. Kebijaksanaan dan tata cara memelihara sarana olahraga harus di rencanakan untuk memperpanjang umur peralatan sedemikian rupa sehingga mungkin akan menghasilkan modal lagi yang maksimal.
2. Pemeliharaan hendaknya direncanakan untuk menjamin keselamatan bagi semua orang yang menggunakan alat-alat.
3. Hanya orang-orang yang berhak hendaknya di beri kedudukan sebagai pemimpin, kepala tata usaha.
4. Alat-alat seharusnya diawasi secara periodik untuk memperoleh dan mencapai keselamatan dan kondisi alat-alat.
5. Perbaikan dan pemulihan kembali kondisi peralatan di benarkan apabila alat-alat atau bahan yang diperbaiki atau dibangun dengan biaya yang murah.
6. Menutupi dan melindungi peralatan yang layak akan menolong dan menjamin pemeliharaan secara ekonomis dan aman.
1.6 Cara Penyimpanan dan Pengaturan Sarana dan Prasarana Olahraga
Ada beberapa cara untuk melindungi sarana dan alat olahraga yaitu :
1. Pakaian olahraga dan lainnya hendaknya dilindungi dari air dan kekeringan secepat mungkin karena basah dalam waktu 24 jam dapat menyebabkan lapuk.
2. Alat-alat yang berwarna memerlukan perlakuan penting dalam penyimpanan, karena dalam waktu tidak lama banyak warna alam, persinggungan warna yang berlawanan terutama apabila basah, dapat menyebabkan warna hilang.
3. Bahan dari wool dan tektil yang mengandung wool disarankan tahan ngengat.
4. Mengontrol suhu ruang tempat penyimpanan barang dari pabrik
5. Barang buatan dari pabrik harus dilindungi dari binatang mengerat dan kerusakan yang di sebabkan oleh zat-zat asam yang mengenai barang-barang tersebut.
6. Barang-barang harus dilindungi besi logam untuk mencegah karat.
7. Barang-barang yang berwarna hendaknya disimpan ditempat yang jauh dari sinar matahari.
1.7 Pengawasan dan Klasifikasi Menggunakan Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani
Pengawasan terhadap sarana prasarana olahraga dilakukan secara terus-menerus selama periode penggunaan alat dalam pelaksanaan kegiatan, selain pengawasan juga perlu dilakukan klasifikasi sebelum dan sesudah penggunaan sarana dan prasarana.
1.8 Sarana dan Prasarana Olahraga di Sekolah
Minimnya sarana dan prasarana olahraga yang ada di Sekolah-sekolah menuntut guru untuk lebih efektif dalam pembelajaran. Guru harus dapat melakukan kegiatan olahraga dengan sarana dan prasarana olahraga yang ada, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dengan pendekatan modifikasi. Pendekatan modifikasi adalah pendekatan-pendekatan yang didesain dan disesuaikan dengan kondisi kelas yang menekankan pada kegembiraan dan pengayaan.
1. Sarana Olahraga
Sarana adalah segala sesuatu yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan olahraga. Kurangnya sarana yang ada bukan berarti pelaksanaan pembelajaran tidak dapat berjalan, ada beberapa sekolah yang terdapat alat-alat sederhana yang dapat di manfaatkan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan olahraga, seperti bola plastic, bola kasti, bola tenis dan lain-lain.
Fasilitas olahraga merupakan kelengkapan-kelengkapan yang harus dipenuhi oleh suatu sekolah untuk keperluan olahraga pendidikan. Jadi penyediaan fasilitas terbuka merupakan dasar kebutuhan pokok dari perencanaan olahraga. Karena olahraga diakui memiliki nilai yang positif. Jika kebutuhan akan fasilitas olahraga ini tidak dipenuhi, kemungkinan anak akan melakukan kegiatan yang menjurus kearah negatif. Demikian Soepartono, (2000 : 9) mengungkapkan dalam situs pdf sarana dan prasarana.
2. Prasarana Olahraga
Prasarana merupakan penunjang yang dapat memperlancar dan mempermudah pelaksanaan pendidikan jasmani dan kesehatan, keterbatasan prasarana yang ada di sekolah sangat menghambat keefektifan pelaksanaan pembelajaran jasmani dan kesehatan. Prasarana tersebut terdiri dari lapangan bola basket, lapangan bola voli, bak lompat jauh, gedung olahraga dan lain-lain.
Segala sesuatu diluar arena yang ikut memperlancar jalannya aktifitas olahraga juga disebut prasarana, yang dapat dipergunakan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani. Untuk dapat melakukan pembelajaran dengan baik dapat digunakan model pembelajaran dengan pendekatan modifikasi.
1.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengadaan Sarana dan Prasarana Olahraga di Sekolah
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengadaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah yaitu :
1. Kurangnya sarana dan prasarana yang ada, pembelian sarana dan prasarana yang kurang mendapatkan perhatian dari pihak sekolah sehingga mengakibatkan proses belajar mengajar menjadi terhambat.
2. Keadaan ekonomi sekolah, keadaan ekonomi yang lemah mengakibatkan sulit untuk membeli sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan sekolah, sementara bidang pendidikan yang lain juga membutuhkan dana dalam pelaksanaan belajar mengajar.
3. Jumlah siswa, jumlah yang terlalu banyak tidak sebanding dengan jumlah sarana dan prasarana yang ada sehingga mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan pendidikan jasmani.

h. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Survey. Dengan menggunakan metode tersebut dapat diperoleh informasi aktual tentang fasilitas sarana dan prasarana olahraga yang terdapat diseluruh SD yang menjadi sampel penelitian, dengan demikian metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Riduwan (2004 : 49) mengatakan bahwa ”penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang di pelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Penelitian survei biasanya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam, tetapi generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang representatif.” Oleh sebab itu peneliti menggunakan penelitian deskriptif karena yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran nyata tentang : Sarana dan Prasarana Olahraga dalam Pelaksanaanya di Sekolah Dasar Negeri 1 Pagar Air.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian dilakukan di SD 1 Pagar Air.
2. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal

3. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Arikunto (2006 : 130), Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah SD yang ada di kecamatan Ingin jaya, yaitu :
Tabel 1. Daftar Nama Sekolah Yang Menjadi Populasi penelitian
No Nama Sekolah
1. SD 1 Pagar Air




2. Sampel
Menurut Arikunto (2006 ; 131) mengemukakan bahwa ”sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil 1 (satu) sekolah sebagai sampel penelitian. Sekolah tersebut adalah SD Negeri 1 Pagar Air Kecamatan Ingin Jaya.

4. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah komponen terpenting sebagai penentu terhadap berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Oleh sebab itu metode pengumpulan data harus dilakukan seteliti dan secermat mungkin.
Menteri P dan K No.0259/1977 mengatakan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang dapat dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi ( Arikuto , 2006 : 118 ).
1. Wawancara
Menurut Riduwan (2004 : 74) mengatakan bahwa : ”wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. ”selanjutnya menurut Arikunto ( 2006 : 155 ) bahwa : “Interview sering disebut juga wawancara kuesioner lisan adalah dialog yang dilakukan antara pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara”.
Untuk melakukan interview dengan responden terlebih dahulu peneliti membuat pertanyaan pembimbing atau disebut juga guided interview yang dapat membuat wawancara berjalan dengan lancar dan mengarah pada tujuan penelitian. Arikunto ( 2006 : 156 ) mengatakan bahwa : “Guided interview adalah interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci”.
2. Observasi
Menurut Arikunto ( 2006 : 157), “Observasi adalah pengamatan secara langsung ”. sedangkan menurut Riduwan (2004 : 76), observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.
Dalam hal ini penulis menggunakan metode observasi dengan tujuan untuk melihat secara langsung objek yang diteliti, adapun objek yang di observasi adalah jumlah kualitas serta status sarana dan prasarana olahraga di SD 1 pagar Air.

5. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data penulis gunakan adalah pengolahan data kualitatif yaitu data yang berhubungan kategorisasi, karakteristik atau sifat variabel.
Selanjutnya dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menyusun data, dianalisis, kemudian diinterprestasikan sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang masalah yang dibahas.
2. klasifikasi pemahaman, dengan rumus :


Dimana :
P = Nilai persentase yang diperoleh
F = Frekuensi sampel yang memilih
N = Jumlah sampel seluruhnya.
100% = Nilai tetap
Kemudian untuk menginterprestasikan data persentase hasil penelitian, digunakan norma sebagai berikut (Riduwan, 2004 : 89)
Lebih dari 80% = Sangat lengkap
61 % - 80 % = Lengkap
4l % - 60 % = Cukup
2l % - 40 % = Kurang
0 % - 20 % = Sangat Kurang
















6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Untuk lancarnya penelitian maka peneliti membuat jadwal kegiatan yang akan peneliti tempuh sampai penelitian selesai.

No Kegiatan Jadwal
April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembuatan Proposal

2. Perbaikan Proposal

3. Seminar Proposal

4. Pengurusan Surat Penelitian

5. Penulisan Bab I, II, dan Bab III

6. Pengambilan Data Dilapangan

7. Penyelesaian Bab IV dan V












DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Soepartono. 2000. Sarana dan Prasarana olahraga pdf skripsi http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01a5/29ddfd82.dir/doc.pdf, di Akses 20 April 2010.

Nurhadi (2004). Kurikulum 2004, Grasindo.

Riduwam (2004). Belajar Muda Penelitian, Untuk Guru, Karyawan dan peneliti Pemula. Penerbit Alfabeta.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi . Banda Aceh : Darussalam.

Soepartono. (2000). Sarana Dan Prasarana Olahraga. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.

Blogspot/ Pengembangan Sarana dan Prasarana. Html http://pojokpenjas.blogspot.com/2008/09/pengembangan-sarana-dan-prasarana. di akses 5 Juni 2010.



7. Instrumen Penelitian
Arikunto (2006 : 160) mengemukakan bahwa ”Intrumen penelitian adalah alat atau fasiltas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan mengenai sarana dan prasarana pendidikan jasmani, dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi.
Peneliti membuat lembar observasi sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat memberikan informasi tentang keadaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani di sekolah yang menjadi sampel dalam penelitian ini.












Observasi

Nama Sekolah :
Nama Kepala Sekolah :

TABEL OBSERVASI SARANA DAN PRASARANA
DI SD NEGERI 1 PAGAR AIR
No. Sarana Jumlah Kualitas Status
Layak Pakai Tidak Layak Pakai
A Cabang Olah Raga Senam
Matras
Peti Loncat
Aula
B Cabang Olah Raga Atletik
Tongkat Estafet
Peluru
Lembing
Cakram
Meteran
Stop Watch
Mistar Lompat Tinggi
Tiang Lompat Tinggi
Bak Lompat
C Cabang Olah Raga Sepak Bola
Lapangan
Bola
Tiang gawang
Peluit
D Cabang Olah Raga Bola Voli
Lapangan
Bola
Tiang net
Net
Peluit
E Cabang Olah Raga Badminton
Lapangan
Bola
Tiang net
Net
Pedoman Wawancara
(Dengan Kepala Sekolah)

Nama Sekolah :
Nama Kepala Sekolah :

1. Bagaimana jumlah sarana olahraga yang ada di SD 1 Pagar Air ?
2. Bagaiman kualitas sarana olahraga yang ada di SD 1 Pagar Air ?
3. Bagaimana status kepemilikan sarana olahraga yang ada di SD 1 Pagar Air ?
4. Bagaimana jumlah prasarana olahraga yang ada di SD 1 Pagar Air ?
5. Bagaimana kualitas prasarana olahraga yang ada di SD 1 Pagar Air ?
6. Bagaimana status kepemilikan prasarana olahraga yang ada di SD 1 Pagar Air ?

: Peranan Pendidikan Jasmani Dalam Upaya Pengembangan Disiplin Siswa SD Di-Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen

a. Latar Belakang

Sekolah merupakan sebuah lembaga dimana anak didik memperoleh pendidikan dan pelajaran yang diberikan oleh guru. Sekolah mempersiapkan anak didik memperoleh ilmu pengetahuan dan ketrampilan, agar mampu berdiri sendiri anak tidak dapat diabaiakan. Anak merupakan investasi dalam bidang tenaga kerja dan pewaris negara masa depan, sehingga pembinaan terhadap golongan ini perlu dimulai sedini mungkin..

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.

Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam bukunya “Dangerous School” (1999). Menurut UU SISDIKN`AS, Bab I Pasal 1, mengatakan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Akan tetapi pendapat tersebut belum membatasi pengertian pendidikan itu dengan pembatasan yang jelas/tegas. Kita lihat bagaimana mutlaknya sifat anak sekolah dasar usia 8 s/d 10 tahun dimana anak lebih suka bermain dalam kelompok sejenis, pria dengan pria, wanita dengan wanita. Sedangkan usia 10 s/d 12 tahun dimana anak lebih suka mengejek antara dua kelompok, kelompok pria melawan kelompok wanita, (pengalaman PPL di SD 56 Lamglumpang, Ulee Kareng banda Aceh). Disamping itu juga sifat-sifat dasar yang belum banyak mengenai situasi lingkungan, misalnya : taat pada peraturan di sekolah, masuk sekolah tepat pada waktunya, kerapian dalam berpakaian, tertip dalam segala suasana (tidak rebut pada waktu belajar, menggangu teman atau usil).

Sehingga dengan adanya sifat ini anak memperlihatkan sifat-sifat kepribadian yang tidak sesuai dengan aturan-aturan yang ada di sekolah, atau bias saja seorang anak belum mengenal “hak milik” dan belum belajar menghormati hak milik orang lain yang tidak boleh dilanggar, sampai melakukan pencurian. Ia memerlukan pendidikan supaya tidak melakukannya lagi, tanpa persetujuan yang bersangkutan.

Dengan demikian setiap anak harus memperoleh pendidikan. Pendidikan dapat diperolehnya di rumah, disekolah dan dimasyarakat, orang tua, lembaga pendidikan, perkumpulan-perkumpulan seperti pramuka dan agama.

Tujuan pendidikan anak meliputi banyak aspek dan sangat luas, anak dari keadaan ketergantungan mutlak memperoleh pendidikan sampai ia dapat berdiri sendiri. Beberapa tujuan pendidikan dapat dicapai melalui jangka pendek, tetapi ada juga yang dicapai dalam jangka panjang. Kita mendidik anak supaya anak mengalami masa anak yang bahagia, karena masa dewasa yang sukses adalah terbentuk atas dasar masa anak yang bahagia.

Anak harus di didik supaya hidup dengan cara-cara yang sehat dan bersih, supaya ia tetap akan memiliki kesehatan fisik yang optimal, anak harus memperoleh pendidikan supaya dapat mencapai perkembangan intelek yang maksimal. Anak harus menjalani proses pendidikan supaya kepribadiannya terbentuk dengan wajar, mencerminkan sifat-sifat kejujuran, kebenaran, rendah hati, ketabahan, tanggung jawab, dan sifat-sifat lainnya.

Pendidikan jasmani sebagai suatu fenomena sosial budaya telah terbentuk dan sedang berkembang dengan pesatnya sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan jasamani dibutuhkan setiap orang untuk berbagai tugas dan sasaran hidup. Pendidikan jasmani di sekolah merupakan salah satu bagian dari pendidikan keseluruhan, pendidikan jasmani membimbing perkembangan manusia kearah yang positif dalam aspek kognitif (wawasan berpikir), psiko motorik (ketrampilan), dan afektif (sikap).

Husdarta (2009 : 3) mengemukakan bahwa “Hakikat pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional”. Pendidikan jasmani dapat memberikan kesempatan kepada murid-murid untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan berolah raga yang dilakukan secara sistematis, serta membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.

Dalam kegiatan bermain dan berolah raga, anak dituntut untuk mematuhi peraturan yang berlaku terutama mematuhi aturan-aturan yang ditetapkan bersama dari cabang olahraga yang bersangkutan. Dengan mematuhi peraturan yang berlaku, terutama mematuhi aturan-aturan yang ditetapkan bersama dari cabang olahraga yang bersangkutan, dan dengan demikian berarti akan terbina rasa disiplin pada diri si anak yang melakukan aktivitas fisik.

Berdasarkan pengamatan penulis pada anak SD di Bireuen, khusus di seputaran kecamatan kota juang sering terdapat anak-anak sekolah baik itu anak SMU, SMP bahkan anak SD berada diluar pada jam belajar sedang berlangsung, seperti dikantin, arena permainan (play station), diruang sakit sekolah (UKS), bahkan dari rumah berangkat kesekolah tetapi tidak masuk kesekolah atau bolos.

Sebaiknya anak-anak yang membolos memang tidak mau kesekolah, dan mengisi waktu sekolah dengan kegiatan lain yang lebih menarik bagi mereka. Kadang-kadang terlihat bahwa anak menghubungkan ketakutannya dengan seorang guru atau seorang teman, mungkin juga dengan kegagalan ulangan.

Berdasarkan pengamatan tersebut maka sebaiknya harus adanya pembenahan prilaku anak-anak khususnya di mulai dari sekolah dasar (SD), agar mereka menjadi lebih disiplin dalam segala hal, karena dengan anak berdisiplin maka anak lebih mau mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku baik disekolah maupun dilingkungan masyarakat.

Adapun judul skripsi dalam penulisan ini adalah “ Peranan Pendidikan Jasmani Dalam Upaya Pengembangan Disiplin Siswa SD di-Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen “.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat di buat suatu gambaran tentang permasalahan yang di hadapi. Agar tidak terlalu jauh dari permasalahan yang di hadapi dalam penelitian ini. Maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : kurang terbinanya disiplin pada siswa sekolah dasar sehingga perlu adanya pembenahan prilaku siswa tersebut, yang mana bahwa pendidikan jasmani memiliki peran dalam mengembangkan sikap disiplin siswa sekolah dasar, dan yang menjadi poko masalahnya adalah ”sejauh mana peran pendidikan jasmani dalam upaya penerapan disiplin siswa?.

c. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan penjelasan dari permasalahan yang di kemukakan di atas, yaitu :

1. Untuk mengetahui peranan pendidikan jasmani dalam upaya mengembangkan disiplin siswa sekolah dasar di Kecamatan Kota Juang.

d. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

1. Apabila terbukti bahwa pendidikan jasmani dapat mengembangkan disiplin dan berhasil dalam pembenahan prilaku siswa sekolah dasar, maka dapat menjadi bahan masukan untuk pengembangan disiplin siswa.

2. Dapat memberi bahan masukan dan pertimbangan yang bermanfaat bagi para pengembang dan penyempurnaan, serta penentu kebijaksanaan di lingkungan dinas pendidikan, dalam mengembangkan dan menyempurnakan system pendidikan di sekolah dasar di-kecamatan kota juang umumnya.

e. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana peran pendidikan jasmani dalam upaya pengembangan disiplin siswa ?

f. Landasan Teoritis

  1. Pengertian Pendidikan Jasmani

Amir (2006 : 1) mengemukakan bahwa “pendidikan jasmani adalah pendidikan yang menggunakan jasmani sebagai titik pangkal mendidik anak dan anak di pandang sebagai suatu kesatuan jiwa raga.

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktifitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan (Husdarta ,2009:18). Adapun konsep pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornament yang di tempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi pendidikan jasmani bagian yang penting dari pendidikan. Meskipun pendidikan jasmani menawarkan kepada anak untuk bergembira, tidak lah tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani diselengggarakan semata-mata agar anak-anak bergembira dan bersenang-senang. Bila demikian seolah-olah pendidikan jasmani hanya sebgai mata pelajaran “selingan”, tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik.

Sebenarnya pembelajaran pendidikan jasmani merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan umum.

  1. Konsep Pendidikan Jasmani

Amir (2006:5) mengemukakan bahwa “Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diselenggarakan sekolah, yaitu sebagai mata pelajaran pokok yang harus diikuti oleeh seluruh siswa.

Mata pelajaran pendidikan jasmani mempunyai kekhasan yang dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, yaitu digunakannya aktivitas gerak fisik sebgai sarana /media dalm mendidik siswa. Dominannya aktivitas gerak fisik jasmani ini bukan semata-mata untuk tujuan jangka pendek yaitu untuk mencapai gambaran siswa yang terlatih fisiknya saja. Aktivitas fisik ini dapat berupa kegiatan permainan yang dapat berbentuk pertandingan, perlombaan dan pelatihan, yang kesemuanya diorientasikan untuk mendidik siswa agar menjadi manusia seutuhnya.

Pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktifitas jasmani atau olahraga, yaitu mendidik anak (Husdarta, 2009:19). Adapun yang membedakan mata pelajaran pendidikan jasamani dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, dimana manusia yang bergerak secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik.

  1. Tujuan Pendidikan Jasmani

Apakah sebenarnya tujuan pendidikan jasmani ? menjawab pertnyaan yang demikian, banyak guru yang masih berbeda berpendapat.

Adapun menurut Husdarta (2009 : 9) secara sedrhana mengemukakan tujuan pendidkan jasmani yaitu ;

· Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan social.

· Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai ketrampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.

· Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugaqs sehari-hari secara efisien dan terkendali.

· Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.

· Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.

· Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.

Dalam sebuah blogger yang di kutip oleh Ahmesabe (2008:1) menjabarkan secara ideal tentang tujuan pendidikan jasmani yaitu :

· Perkembangan Pribadi

· Pertumbuhan fisik optimal

· Sehat fisik, mental, sosial, dan spiritual

· Kesegaran jasmani optimal

· Cerdas dan Kreatif dan inovatif

· Terampil dalam gerak dan memecahkan masalah

· Jujur, disiplin, percaya diri, dan tanggung jawab

· Hubungan Antar Pribadi dan Lingkungan

· Hormat pada sesama

· Luwes (mudah menyesuaikan diri)

· Komunikatif dalam ide (konsep) dan pemikiran

· Etika (sopan santun)

· Menghargai kondisi lingkungan

· Melestarikan lingkungan yang sehat dan harmonis

  1. Fungsi Pendidikan Jasmani

Fungsi pendidikan jasmani yang di kutip dari blogger tentang fungsi pendidikan jasmani menurut Annarino, Cowell, and Hazelton (1980:62-63) mengklasifikasikan ke dalam enam aspek, yaitu (1) organik; (2) neuromuskuler; (3) perseptual; (4) kognitif; (5) sosial; dan (6) emosi.

(A). Aspek Organik:

a. Menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan-landasan untuk pengembangan keterampilan.

b. Meningkatkan kekuatan otot, yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot.

(B). Aspek Neuromuskuler

a. Menjadikan keharmonisan antara fungsi sistem saraf dan otot untuk menghasilkan gerakan yang diinginkan.

b. Mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti: berjalan, melompat, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, berlari, bergulir, menarik

c. Mengembangkan keterampilan non-lokomotor, seperti mengayun, melenggok, meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, mengantung, membungkuk.

(C). Aspek perseptual

a. Mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan di antara isyarat yang ada dalam situasi yang dihadapi agar dapat melakukan kinerja yang lebih terampil.

b. Mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat/ruang, yaitu kemampuan mengenali objek-objek yang berada di depan, di belakang, di bawah, di sebelah kanan, atau di sebelah kiri dari dirinya.

c. Mengembangkan koordinasi gerak-visual, yaitu kemampuan mengkoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerak kasar yang melibatkan tangan, tubuh, dan/atau kaki.

(D). Aspek Kognitif

a. Mengembangkan kemampuan mengeksplorasi, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan, dan membuat keputusan-keputusan yang bernilai.

b. Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan etika.

c. Meningatkan pengetahuan bagaimana fungsi-fungsi tubuh dan hubungannya dengan aktivitas jasmani.

(E). Aspek sosial

a. Penyesuaian baik dirinya dan orang lain dengan menggabungkan dirinya ke dalam masyarakat dan lingkungannya.

b. Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam situasi kelompok

c. Mengembangkan kemampuan bertukar dan mengevaluasi ide dalam kelompok

(F). Aspek emosional

a. Mengembangkan respons yang sehat terhadap aktivitas jasmani melalui pemenuhan kebutuhan dasar.

b. Mengembangkan reaksi yang positif terhadap penonton dan partisipasi melalui keberhasilan atau kegagalan.

c. Melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat

d. Memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas Menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan.

  1. Manfaat Pendidikan Jasmani

Adapun manfaat pendidikan jasmani dari sebuah blogsport Aryati (2007:6) mengemukakan bahwa “Secara umum manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup sebagai berikut “ :

a. Memenuhi kebutuhan anak akan gerak.

b. Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya.

c. Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna.

d. Menyalurkan energi yang berlebihan.

e. Membentuk manusia seutuhnya.

  1. Hakikat Disiplin

Disiplin merupakan kata yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, biasanya menunjuk pada ketaatan atau kepatuhan seseorang teradap suatu aturan.

Dalam sebuah situs web tentang konsep disiplin Amatembun (1981:1) mengemukakan bahwa “disiplin merupakan suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang bergabung dalam suatu organisasi yang tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati”.

Dari pengertian di atas maka dapat dirumuskan, bahwa disiplin didalam kelas adalah suatu keadaan tertib dimana guru dan murid-murid yang tergabung dalam satu kelas tunduk kepada peraturan-peraturan (tata tertib) yang telah di tentukan dengan senag hati.

Bagaimanapun devinisi tentang disiplin atau ketertiban di kelas, setiap guru harus menyadari bahwa suasana yang tertib didalam kelas merupakan suatu prasyarat penting bagi proses mengajar dan belajar yang efektif.

Bagi siswa-siswi sekolah dasar latihan atau belajar itu merupakan suatu program keberhasilan yang apabila dilaksanakan secara sistematis dan terus-menerus akan menjadi suatu kebiasaan untuk bertingkah laku disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kebiasaan mentaati peraturan akan melahirkan suatu aspek-aspek kejiwaan mengenai tingkah laku dan tingkah sikap, yang senantiasa mentaati norma dan nilai yang berlaku baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Melalui disiplin ada dua hal yang sedang diterapkan pada anak-anak yaitu melakukan kebiasaan perbuatan baik dan menghindari perbuatan yang tidak baik. Dengan disiplin ini anak akan dilatih untuk selalu dapat mengoreksi diri sendiri, baik guru maupun murid merupakan aspek fundamental didalam menciptakan suasana disiplin.

a. Komponen-Komponen Disiplin

Yang dimaksud dengan komponen disiplin disini yaitu sifat-sifat atau ciri-ciri dominan yang menunjukkan anak itu berdisiplin. Menerut Amatembun (1981:4) ada enam (6) komponen disiplin yang dikemukakan disini yaitu : 1. Ketaatan pada peraturan, 2. Ketepatan waktu , 3. Konsekwen, 4. Teratur, 5. Ketekunan dan keuletan, 6. Kerapaian berpakaian..

Didalam penelitian ini hanya di batasi pada perkembangan disiplin hanya pada tingkah laku disiplin belajar pada bidang studi pendidikan jasmani saja, maka komponen-komponen disiplin yang dibutuhkan pada saat belajar pendidikan jasmani adalah sebagai berikut : 1. Taat pada peraturan ; 2. Tepat waktu ; 3. Ulet dan tekun ; 4. tertib dan teratur.

Dari uraian komponen-komponen disiplin amatembun menjelaskan bahwa :

1. Taat pada peraturan adalah : berpakaian seragam serta atribut, sopan, bersih dan rapi, bagi siswa laki-laki rambut harus pendek dan perempuan memperlihat agar dandanannya sederhana dan lain-lain.

2. Tepat waktu adalah : siswa hadir kesekolah tepat waktunya, siswa hendaklah memanfaatkan waktu istirahatnya, sesudah jam pelajaran siswa diperkenankan untuk pulang dan lain-lain.

3. Ulet dan tekun adalah : siswa berdoa bersama-sama sebelum dan sesudah pelajaran di mulai sesuai dengan kepercayaan masin-masing, siswa harus mengikuti pelajaran dengan seksama, dan lain-lain.

4. Tertib dan teratur adalah : siswa berbaris didepan kelas setelah lonceng berbunyi tanda pelajaran di mulai, menunggu guru mempersilahkan masuk kelas, dan lain-lain.

b. Cara Penerapan Disiplin Kelas

Didalam penerapan komponen-komponen disiplin siswa, diperlukan suatu pola pendekatan. Didalam praktek pendidikan jasmani terlebih dahulu harus diyakini bahwa pola pendekatan yang dipilih itu adalah tepat. Amatembun (1981) mengemukakan bahwa ada 3 pola didalam praktek mengajar yaitu :

1. Pendekatan (manajeral) adalah berisilkan konsep-konsep tentang kepemimpinan atau leadership.

2. Pendekatan psikologis Adalah cara pendekatan psikologis yang dapat menerapkan disiplin kepada anak.

3. Pendekatan system adlah merupakan gabungan dari pendekatan manejeral dan pendekatan psikologis. Dengan pendekan system, guru memandang problema disiplin sebagai suatu keseluruhan yang harus dutanggulangi secara bijaksana dengan mempergunakan tidak hanya pendekatan tunggal, guru menangani problema disiplin murid-murid.

c. Unsur-Unsur Disiplin

Unsur-unsur kedisiplinan meliputi tiga hal yaitu: 1) sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak, 2) pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku, norma, kriteria, dan standar yang sedemikan rupa, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan akan aturan. Norma, dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses), 3) sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib (Prijodarminto S 1994:23).

Disiplin itu lahir, dan berkembang dari sikap seseorang di dalam sistem nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat. Terdapat unsur pokok yang membentuk disiplin, pertama sikap yang telah ada pada diri manusia dan sistem nilai budaya yang ada di dalam masyarakat. Sikap atau attitude tadi merupakan unsur yang hidup di dalam jiwa manusia yang harus mampu bereaksi terhadap lingkungannya, dapat berupa tingkah laku atau pemikiran. Sedangkan sistem nilai budaya merupakan bagian dari budaya yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman dan penunutun bagi kelakuan manusia.

Perpaduan antara sikap dengan sistem nilai budaya yang menjadi pengarah dan pedoman tadi mewujudkan sikap mental berupa perbuatan atau tingkah laku. Unsur tersebut membentuk suatu pola kepribadian yang menunjukkan perilaku disiplin atau tidak disiplin.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin

Kedisiplinan merupakan tingkah laku manusia yang kompleks, karena menyangkut unsur pembawaan dan lingkungan sosialnya.

Ditinjau dari sudut psikologi, bahwa manusia memiliki dua kecenderungan yang cenderung bersikap baik dan cenderung bersikap buruk, cenderung patuh dan tidak patuh, cenderung menurut atau membangkang,. Kecenderungan tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tergantung bagaimana pengoptimalannya.

Ada dua faktor penyebab timbul suatu tingkah laku disiplin yaitu kebijaksanaan aturan itu sendiri dan pandangan seseorang terhadap nilai itu sendiri (Subari, 1991:166). Sikap disiplin atau kedisiplinan seseorang, terutama siswa berbeda-beda. Ada siswa yang mempunyai kedisiplinan tinggi, sebaliknya ada siswa yang mempunyai kedisiplian rendah. Tinggi rendahnya kedisiplinan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dalam diri maupun yang berasal dari luar.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan tersebut, antara lain yaitu: (1) anak itu sendiri, (2) sikap pendidik, (3) ligkungan, dan (4) tujuan (Haditono 1984:36).

e. Keterkaitan antara pendidikan jasmani dengan disiplin

Disiplin merupakan suatu cara untuk merubah tingkah laku anak disekolah dari yang kurang baik menjadi baik. Dalam menerapkan disiplin disekolah, terdapat teknik-teknik yang dipergunakan oleh pendidik disekolah, dengan bimbingan dan penyuluhan ataupun dengan pendidikan jasmani.

Pengembangan dengan pendidikan jasmani disekolah membutuhkan ketrampilan, seperti ketrampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan olah raga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional didalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsure fisik, mental, intelektual, emosi dan social.

Aktifitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran paedagogis, dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, karena gerak sebagai aktivitas jasmani yaitu gerak dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alamiah berkembang searah dengan perkembangan zaman.

g. Metodelogi Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diteliti yaitu peranan pendidikan jasmani dan kaitannya dengan disiplin siswa sekolah dasar di Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

1. Jenis Penelitian

Menurut sukardi (2003:162) mengatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat. Menurut Sandjaja dan Heriyanto ( 2006 : 110 ) mengatakan bahwa : “Penelitian deskriptif bertujuan mendeskripsikan gejala-gejala yang tejadi pada masa itu”. Oleh sebab itu peneliti menggunakan penelitian deskriptif karena yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan pendidikan jasmani dalam upaya mengembangkan disiplin siswa sekolah dasar di Kecamatan Kota Juang

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Dalam setiap penelitian, populasi yang dipilih erat kaitannya dengan masalah yang ingin di teliti. Menurut Arikunto (2006 :130) bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Adapun yang menjadi subjek penelitian disini adalah SD yang ada di Kecamtan Kota Juang Kabupaten Bireuen.

Daftar Nama Sekolah yang Menjadi Populasi Penelitian

No

Nama Sekolah

Jumlah Ruang Belajar

Jumlah Murid

Jumlah Guru Pendidikan Jasmani

1

SDN 1 Bireuen

12

584

1

2

SDN 2 Bireuen

6

206

4

3

SDN 3 Bireuen

12

514

1

4

SDN 4 Bireuen

10

608

-

5

SDN 5 Bireuen

8

284

1

6

SDN 6 Bireuen

12

512

-

7

SDN 7 Bireuen

6

181

1

8

SDN 8 Bireuen

6

142

-

9

SDN 9 Bireuen

7

179

1

10

SDN 10 Bireuen

7

190

-

11

SDN 11 Bireuen

6

159

1

12

SDN 12 Bireuen

12

636

1

13

SDN 13 Bireuen

12

359

1

14

SDN 14 Bireuen

6

100

-

15

SDN 15 Bireuen

6

188

1

16

SDN 16 Bireuen

6

195

-

17

SDN 18 Bireuen

15

466

1

18

SDN 19 Bireuen

6

87

-

19

SDN 20 Bireuen

6

95

1

20

SDN 21 Bireuen

12

596

1

21

SDN 22 Bireuen

6

105

-

179

6386

16

Data diambil dari Dinas Pendidikan, Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bireuen (Daftar tabel selengkapnya untuk populasi seperti ditunjukkan pada lembaran Lampiran).

b. Sample

Sampel merupakan pengambilan sejumlah bagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili dari seluruh anggota populasi. Menurut Arikunto (2006 : 131) bahwa “sampel adalah sebagian dari atau mewakili populasi yang di teliti”.

Adapun sample dalam Penelitian ini menggunakan Total Sampling. Maka sampel dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani dan murid siswa kelas 5 yang ada di SD di Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah komponen terpenting sebagai penentu terhadap berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Oleh sebab itu metode pengumpulan data harus dilakukan seteliti dan secermat mungkin. Menteri P dan K No.0259/1977 mengatakan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang dapat dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi ( Arikunto , 2006 : 118 ).

4. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan Kuesuoner ( angket ) sebagai Intstrumen kunci dan interview (wawancara) sebagai instrumen pendukung.

    1. Kuesioner ( angket ),

Sugiyono (2008:142) Menerangkan bahwa : “ kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”. Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dan bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna (riduwan, 2004:71). Adapun bentuk angket/pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan yang variasi jawabannya sudah ditentukan dan disusun terlebih dahulu, sehingga responden tidak mempunyai kebebasan untuk memilih jawaban kecuali yang sudah diberikan (masri,1995:220).

Masri (1995:137) mengemukakan untuk pertanyaan/pernyataan yang mengukur nilai positif bentuk umum alternatif jawaban yang digunakan adalah :

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak berpendapat

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

Pertanyaan yang terdapat pada kuesioner berkaitan erat dengan permasalahan atau tujuan yang sedang diteliti. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Adapun angket ini ditujukan kepada guru pendidikan jasmani sebagai korespondennya.

    1. Wawancara ( Interview )

Menuruti Arikunto ( 2006 : 155 ) bahwa : “Interview sering disebut juga wawancara kuesioner lisan adalah dialog yang dilakukan antara pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara”. Selanjutnya Menurut S.Margono ( 2000 : 159 ) bahwa : “Interview adalah alat pengumpul dengan cara menagajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula, ciri utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dan sumber informasi”.

Interview merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan bertatap muka dengan orang yang dapat memberi keterangan kepada peneliti. Untuk melakukan interview dengan responden terlebih dahulu peneliti membuat pertanyaan pembimbing atau disebut juga guided interview yang dapat membuat wawancara berjalan dengan lancar dan mengarah pada tujuan penelitian. Arikunto ( 2006 : 156 ) mengatakan bahwa : “Guided interview adalah interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci”. Dalam proses wawancara peneliti akan mewawancarai murid/siswa sebagai koresponden.