PENTINGNYA PERANAN MANAJEMEN DALAM
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Makalah Proposal Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas
Tentang Manajemen Berbasis Sekolah
Di
Susun
Oleh : Isriadi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI S1 PGSD PENJASKESREK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
1. Peranan pedoman administrasi dalam dunia pendidikan
2. Apa yang termuat dalam Pedoman Administrasi Pendidikan
a. Administrasi Program Pengajaran
b. Administrasi Kesiswaan
c. Administrasi Kepegawaian
d. Administrasi Keuangan
e. Administrasi Perlengkapan / barang
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adminiatrasi suatu lembaga pendidikan merupakan suatu sumber utama manajemen dalam mengatur proses belajar mengajar dengan tertib sehingga tercapainya suatu tujuan terpenting pada lembaga pendidikan tersebut. Yang sangat diperlukan oleh para pelaku pendidikan untuk melakukan tugas dan profesinya. Kepala Sekolah dan guru disekolah sangat memerlukan data-data tentang siswa, kurikulum, sarana dan sebagainya untuk pengelolaan sekolah sehari-hari.
Pengawas tingkat SD/SMP/SMA memerlukan data-data tersebut sebagai bahan sarana supervisi. Untuk tingkat yang lebih tinggi misalnya, Dinas Penididikan mulai tingkat kecamatan sampai propinsi memerlukan data-data tersebut untuk pelaporan yang lebih tinggi, untuk melakukan pembinaan, serta untuk menyusun rencana atau program pendidikan pada masa mendatang.
Di tingkat pusat (nasional) data pendidikan diperlukan untuk perencanaan yang lebih makro, melakukan pembinaan, pengawasan, penilaian (evaluasi), dan keperluan administrasi lainnya. Data pendidikan yang terdapat disekolah sangat banyak macam dan jenisnya. Ada yang bersifat relatif tetap dan ada yang selalu berubah. Untuk mendapatkan gambaran perubahan data dari waktu ke waktu, perlu dilakukan pencatatan yang teratur dan berkelanjutan dengan menggunakan sistem yang baku dalam satu sistem. Agar pencatatan data lebih akurat dan benar sesuai yang diharapkan tenaga administrasi yang terampil dan mengetahui apa yang menjadi tugasnya.
Di lembaga pendidikan tingkat menengah hampir sebagian besar belum ada tenaga administrasi sesuai yang diharapkan. Kepala Sekolah sebagai administrator dilingkungan sekolah yang dipimpinnya, dalam melaksanakan tugas administrasi dibantu oleh guru dengan cara membagi tugas administrasi mereka. Agar dalam melaksanakan tugas administrasi dan pelaporan, cepat dan benar diperlukan pedoman administrasi sekolah dasar.
B. Perumusan Masalah
Latar belakang diatas, penulis bertolak dari merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peranan pedoman administrasi dalam dunia manajemen pendidikan ?
2. Apa saja yang termuat dalam administrasi pada pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Peranan Pedoman Administrasi Dalam Dunia Manajemen Pendidikan
Administrasi dalam dunia manajemen pendidikan yang tertib dan teratur sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan pendidikan bagi Kepala Sekolah dan Guru. Peningkatan kemampuan tersebut akan berakibat positif, yaitu makin meningkatnya efisiensi, mutu dan perluasan pada kinerja di dunia pendidikan tersebut.
Untuk memperlancar kegiatan di atas agar lebih efektif dan efisien perlu informasi yang memadai. Sistem informasi di dunia pendidikan ini menyangkut dua hal pokok yaitu: kegiatan pencatatan data (recording system) dan pelaporan (reporting system). Untuk memperlancar dua kegiatan tersebut diperlukan faktor-faktor penunjang antara lain :
1. Format-format yang dipergunakan (Struktur Manajemen Sekolah)
2. Petunjuk dan aturan yang berlaku
3. Ketrampilan personil yang memadai
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Sekolah itu sering disebut kegiatan administrasi atau kegiatan administrasi dalam dunia manajemen pendidikan. Oleh karena itu Pencatatan dan perekaman data dan pengaturan sumber data di sekolah yang rapi / teratur dan benar sangat diperlukan dalam sistem informasi. Untuk itu pedoman administrasi dalam dunia manajemen pendidikan secara tertulis memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan administrasi. Kepala Sekolah memiliki patokan-patokan untuk menjabarkan lebih lanjut kebijakan-kebijakan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan.
2. Apa yang termuat dalam Pedoman Administrasi Pendidikan
Data pendidikan yang terdapat di Sekolah khususnya tingkat menengah sangat banyak macam dan jenisnya. Agar pencatatan data lebih mudah dan sederhana sehingga memperlancar kegiatan administrasi, data yang banyak jenisnya itu dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis yaitu :
1. Manajemen administrasi Program Pengajaran
2. Manajemen administrasi Kesiswaan
3. Manajemen administrasi Kepegawaian
4. Manajemen administrasi Keuangan
5. Manajemen administrasi Perlengkapan / barang
1. MANAJEMEN ADMINISTRASI PROGRAM PENGAJARAN
Sebagai kelengkapan administrasi pengajaran di sekolah dasar dipelukan 17 format yang harus diisi oleh Kepala Sekolah maupun Guru secara rutin, teratur dan benar. Untuk itu disediakan format serta petunjuk pengisiannya.
Format-format ini adalah sebagai berikut :
1. PK-1 = Jadwal Pelajaran Sekolah
2. PK-2 = Daftar Pembagian Tugas Mengajar Bagi Guru
3. PK-3 = Daftar Pemeriksaan Tugas Mengajar Bagi Guru
4. PK-4 = Daftar Penyelesaian Kasus di Sekolah
5. PK-5 = Daftar Hasil Evaluasi Belajar Tahap Akhir
6. PK-6 = Rekapitulasi Kenaikan Kelas / Kelulusan
7. PK-7 = Daftar Penyerahan STTB kepada Lulusan UAS / UAN
8. PK-8 = Rekapitulasi Pelaksanaan Supervisi Kelas
9. PK-9 = Hubungan Kemasyarakatan
10. PK-10 = Laporan Penelitian Hasil Belajar Siswa SD
11. PK-11 = Jadwal Pelajaran
12. PK-12 = Program semester Guru
13. PK-13 = Persiapan Mengajar
14. PK-14 = Program Bimbingan
15. PK-15 = Daftar Nilai
16. PK-16 = Pencapaian Target dan Daya Serap Kurikulum
17. PK-17 = Daftar Penyerahan Raport
2. MANAJEMEN ADMINISTRASI KESISWAAN
Dalam buku Pedoman Administrasi Kesiswaan selama satu tahun pelajaran dibagi dalam tiga tahap waktu, terdapat beberapa jenis kegiatan. Untuk setiap macam jenis kegiatan diperlukan beberapa format pencatatan data. Untuk itu satu tahun pelajaran dibagi dalam tiga tahapan waktu dengan delapan jenis kegiatan dan dua puluh satu jenis format.
Agar data mengenai kesiswaan itu sampai pada investasi di jenjang atas, digunakan beberapa format laporan, yaitu : S-2,S-3,S-5,S-6,S-10,S-14,S-17,S-19 dan S-20.
1. Awal Tahun Pelajaran
a. Penerimaan Siswa Baru
- S-1 Surat Pendaftaran Siswa Baru
- S-2 Daftar Calon Siswa Baru Kelas I
- S-3 Daftar Siswa Baru Kelas I
2. Selama Tahun Pelajaran
a. Penyusunan Data Siswa
- S-4 Buku Induk Siswa
- S-5 Buku Klapper
b. Keadaan Siswa Awal Tahun
- S-6 Jumlah Siswa menurut Kelas, Asal dan Jenis Kelamin
- S-7 Jumlah Siswa menurut Kelas, Jenis Kelamin dan Usia
c. Kehadiran Siswa
- S-8 Papan Absensi Harian Siswa (kelas)
- S-9 Papan Absensi Harian Siswa (sekolah)
- S-10 Buku Absensi Siswa
- S-11 Rekapitulasi Absensi Siswa Dalam Sebulan
d. Mutasi Siswa
- S-12 Surat Permohonan Pindah Sekolah
- S-13 Surat Keterangan Pindah Sekolah
- S-14 Mutasi Siswa Selama Semester
3. Akhir Tahun Pelajaan
a. Pelaksanaan Ujian Akhir
- S-15 Daftar Calon Peserta Ujian
- S-16 Tanda Peserta Ujian
- S-17 Daftar Peserta Ujian dan Prestasinya
- S-18 Daftar Masuk SLTP
b. Kenaikan Kelas
- S-19 Daftar Siswa yang Naik Tingkat
- S-20 Rekapitulasi Siswa Naik Tingkat dan Berhasil EBTA
3. MANAJEMEN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN
Buku Pedoman Administrasi Kepegawaian menguraikan kegiatan yang berkaitan dengan kepegawaian, tugas dan tanggung jawab pengelolaan satuan pendidikan dan peningkatan tata usaha kepegawaian di sekolah. Sebagai perlengkapan tata laksana kepegawaian disediakan format-format untuk menata pelaksanaan kegiatan tertentu yang diperlukan. Sesuai dengan prinsip tata laksana kepegawaian sekolah dasar yang menyeluruh dan berkelangsungan. Untuk itu telah diusahakan bentuk-bentuk pelayanan hak-hak pegawai/guru yang bertugas di seklah tertentu, pindah tempat, sampai yang bersangkutan berhenti menjadi pegawai / guru. Penggunaan format sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan suatu kegiatan pelayanan administrasi dalam rangka pembinaan pegawai/guru berkelangsungan, berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam hubungan itu telah disediakan sejumlah 24 format, yaitu :
1. PEG 1 = Rencana Kebutuhan Pegawai / Guru
2. PEG 2 = Usul Pengadaan Pegawai / Guru
3. PEG 3a = Usul Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil.
4. PEG 3b = Daftar Riwayat Hidup
5. PEG 4 = Usul Kenaikan Gaji
6. PEG 5 = Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK)
7. PEG 6 = Buku Catatan Penilaian Pegawai Negeri Sipil
8. PEG 7 = Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) Pegawai Negeri Sipil
9. PEG 8 = Daftar Usul Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (DUK)
10. PEG 9 = Buku Cuti Pegawai / Guru
11. PEG 10 = Contoh Surat Permintaan Berhenti dari Calon Pegawai Negeri Sipil/ Pegawai Negeri Sipil Hak Pensiun
12. PEG 11a = Contoh Surat Permintaan Pensiun Pegawai Negeri Sipil
13. PEG 11b = Contoh daftar susunan keluarga
14. PEG 11c = Contoh Surat Permintaan Pembayaran Pensiun Pertama (SP 4)
15. PEG 12 = Contoh Permintaan Pembayaran Pensiun Janda / Duda Pertama
16. PEG 13 = Contoh Surat Permintaan Pensiun Janda / Duda bagi Anak-anak
17. PEG 14 = Contoh Permintaan Pensiun Janda/Duda bagi anak-anak Yang diajukan wali
18. PEG 15 = Contoh Surat Pengaduan Permohonan Pensiun Bekas Pegawai Negeri Sipil/Permohonan Pembayaran Pensiun
19. PEG 16 = Contoh Surat Pengaduan untuk Pensiun Janda / Duda
20. PEG 17a = Daftar Hadir / Tidak Hadir Pegawai / Guru
21. PEG 17b = Dafatr Rangkuman Tidak Hadir Pegawai / Guru (Bulanan)
22. PEG 17c = Dafatr Rangkuman Tidak Hadir Pegawai / Guru (Triwulan)
23. PEG 18 = Data Kepegawaian
24. PEG 19 = Kartu Pribadi Pegawai / Guru
4. MANAJEMEN ADMINISTRASI KEUANGAN
Di dalam buku pedoman ini ijelaskan dasar/ asas dan pengertian administrasi dalam pengelolaaan keuangan di sekolah dasar. Di dalamnya dibahas antara lain :
Asas pemisahan tugas (Otorisator, Ordonator, dan Bendaharawan)
Perencanaan anggaran tahunan sekolah
Ketata usahaan keuangan sekolah meliputi :
a. Dasar hukum,
b. Pembukuan setiap transaksi
c. Pertanggungjawaban
d. Pelaporan, dan
e. Pendapatan
5. MANAJEMEN ADMINISTRASI PERLENGKAPAN / BARANG
Pada buku pedoman administrasi diuraikan tentang perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pemeliharaan semua perlengkapan/ barang inventaris, barang yang dimutasi dan syarat-syarat penghapusan semua perlengkapan/ barang di sekolah.
Kewajiban melapor bagi kepala sekolah tentang keadaan barang yang telah dihapuskan, dilakukan satu kali dalam setahun dengan menggunakan format P-1 dan P-2.
PERL-1 = Buku Pemeriksaan Perlengkapan / Barang
PERL-2 = Kartu Inventaris Ruangan
PERL-3 = Kartu Inventaris Barang, Lahan Tanah
PERL-4 = Kartu Inventaris Barang, Gedung
PERL-5 = Kartu Inventaris Barang , Kendaraan
PERL-6 = Kartu Inventaris Barang, Lain-lain
PERL-7 = Buku Inventaris Perlengkapan / Barang
PERL-8 = Daftar Usul Pengadaan Barang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas bahwa sangat penting dan juga sangat berarti manajemen pada administrasi pendidikan untuk mencapai tujuan yang optimal, yang sebagaian besar pengelolaan manajemen pada pendidikan terutama tingkat menengah sangat meluas dan abstrak sehingga dapat terperinci terbagi 5 pengelompokan, mulai dari Program pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan dan perlengkapan inventaris / barang. Sehingga dengan pembagian jenis tersebut dapat di bedakan macamnya, untuk memudahkan dalam penataan dan akan menciptakan suasana tertib, rapi dan aman.
B. Saran-saran
Demikianlah penulisan makalah kami, apabila masih terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pembahasan makalah kami ini, terutamanya kami ucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya dan juga kami harapkan teguran yang sehat sekiranya dapat membangun dalam perbaikan pembuatan makalah kami ini.
raja isriadi
"Jika hari ini aku bisa berhasil, Itu adalah karena dengan doa mu mama, dan kalau seandainya aku gagal mungkin hanya itu kemampuan ku"
Sabtu, 10 Juli 2010
A. Latar Belakang
Tes dan pengukuran merupakan suatu penunjang pengembangan dalam mendapatkan/mencari data untuk hasil dari evaluasi. Dengan adanya tes dan pengukuran kita mendapatkan data dan hasil dari pengukuran.
Suatu usaha yang tidak disertai tes dab aspek pengukuran maka akan sukar untuk suatu pernyataan pembukutian adanya kekurangan dan adanya kemajuan, terutama dalam praktikum. Secara timbal balik dapat mempengaruhi peningkatan ilmu pengetahuan dalam memecahkan masalah secara ilmiah. Maka dari itu timbullah istilah penilaian atau evaluasi, penggunaan istilah pengukuran yang disamakan dengan penilaian adalah hal yang keliru, karena pengukuran merupakan teknik yang digunakan dalam aspek penilaian. Penilaian dapat diartikan sebagai suatu proses penghargaan yang efektif terhadap tujuan yang akan dicapai, sedangkan pengukuran tersebut adalah proses dalam memperoleh data secara objektif dan hasilnya dapat dioalah secara statistik dan ini merupakan karakteristik dari pengukuran itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka penulis merumuskan adanya suatu permasalahan dari test dan pengukuran Gantung Siku Bengkok yang dipraktekkan pada tanggal 24 Desember 2008 di Kampus PGSD Jaskes Prodi B.aceh yang indikatornya sebagai berikut :
1. Apakah hambatan-hambatan yang mempersulit testee dalam test dan pengukuran gantung siku bengkok ?
Dengan demikian penulis merumuskan hambatan-hambatan yang mempersulit testee dalam melakukan test dan pengukuran Gantung Siku Bengkok adalah :
a. Berat badan
b. Daya Tahan, dan
c. Posisi Badan Pada saat berada pada palang tunggal.
BAB II
PEMBAHASAN
Hasil Test Dan Pengukuran Gantung Siku Bengkok
Adapun laporan penulis terhadap test dan pengukuran Gantung Siku Bengkok Penulis sebelumnya akan menjelaskan beberapa faktor yang yang mempersulit testee dalam melakukan test dan pengukuran Gantung siku Bengkok yaitu sebagai berikut :
1. Berat Badan
2. Daya Tahan
3. Posisi Badan
a. Berat Badan
Berat badan adalah salah satu faktor kekurangan dalam test dan pengukuran gantung siku bengkok, Dan oleh karena itu unjuk rasa pada gantung siku bengkok dihambat oleh korelasi yang negatif terhadap berat badan yang memungkinkan dapat disebabkan oleh adanya korelasi yang bertolak belakang antara kekuatan untuk mempertahankan dagu di atas palang tunggal yang dipengaruhi oleh factor kegemukan badan.
b. Daya Tahan
Dalam pelakasanaan gantung siku bengkok kekuatan atau daya tahan diatas palang tunggal merupakan salah satu penilaian yang penting untuk di nilai kesempurnaan test dan pengukuran gantung siku bengkok.
Adapun yang mempengruhi daya tahan di atas palang tunggal adalah posisi genggaman tangan, dan kekuatan memegang palang tunggal.
c. Posisi Badan
Salah satu ketiadak sempurnaan dalam gantung siku bengkok adalah posisi badan saat berada palang tunggal, adapun yang diperhatikan pada posisi badan adalah posisi tangan yang membentuk siku dan posisi kaki yang lurus dengan merapatkan ujung kaki.
Dari ketiga faktor yang dijelaskan, penulis melihat dari tes yang dilaksanakan pada tanggal 24 Desember 2008 masih jauh dari kesempurnaan karena dari 10 tester yang dites sebagai sampel banyaknya ketidak sempurnaan dibandingkan yang melakukan tes dengan sempurna.
Adapun hasil tes dan pengukuran gantung siku bengkok yang didapatkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
hasil tes dan pengukuran Gantung Siku Bengkok
pada tanggal 24 Desember 2008
yang dipraktekkan
oleh Ruang C
Testee / Siswa
Aiyub
Munjir
Rahmad
Ahmad
M. Riza
Ahmad Wahidin
Fahrul
M. Riza
Fahmi
Zulkarnaen
Lama Waktu
12,5 Detik
8,4 Detik
1,8 Detik
8,9 Detik
6,3 Detik
20,3 Detik
7,9 Detik
7,2 Detik
4,3 Detik
7,5 Detik
Keterangan
Dagu kurang diangkat
Kaki tidak lurus
Kaki tidak lurus
Kaki tidak lurus
Bagus
Kaki tidak lurus
Bagus
Kaki tidak lurus
Bagus
Bagus
A. KESIMPULAN
Walaupun pada umumnya tes sudah dikenal oleh para instruktur maupun siswa itu sendiri, banyak yang diantara yang dites masih belumj mampu mengangkat badannya sendiri. Pengembangan tes ini sudah dilakukan modifikasi sebagai tes alternatif untuk flexed arm hang dan pull up. Tes ini dilakukan secara begantian atau satu persatu, dan kinerja tes ini pada gantung siku bengkok memiliki hubungan/ pengaruh negative dengan berat badan, daya tahan, dan posisi badan pada saat berada pada palang tunggal.
1. Dalam pelaksanaan gantung siku bengkok yang katagorinya sempurna supaya dapat menahan dagu diatas palang dalam tempo waktu yang lama baru dikategorikan sangat baik.
B. SARAN-SARAN
1. Dalam melakukan gantung siku bengkok harus ditingkatkan keseriusan serta kedisiplinan dalam pelaksanaannya untuk mendapatkan hasil yang maksimal
2. Atas kekurangan dari laporan makalah ini penulis mohon maaf, serta kritik dan saran dari kawan-kawan sangat penulis harapkan.
Tes dan pengukuran merupakan suatu penunjang pengembangan dalam mendapatkan/mencari data untuk hasil dari evaluasi. Dengan adanya tes dan pengukuran kita mendapatkan data dan hasil dari pengukuran.
Suatu usaha yang tidak disertai tes dab aspek pengukuran maka akan sukar untuk suatu pernyataan pembukutian adanya kekurangan dan adanya kemajuan, terutama dalam praktikum. Secara timbal balik dapat mempengaruhi peningkatan ilmu pengetahuan dalam memecahkan masalah secara ilmiah. Maka dari itu timbullah istilah penilaian atau evaluasi, penggunaan istilah pengukuran yang disamakan dengan penilaian adalah hal yang keliru, karena pengukuran merupakan teknik yang digunakan dalam aspek penilaian. Penilaian dapat diartikan sebagai suatu proses penghargaan yang efektif terhadap tujuan yang akan dicapai, sedangkan pengukuran tersebut adalah proses dalam memperoleh data secara objektif dan hasilnya dapat dioalah secara statistik dan ini merupakan karakteristik dari pengukuran itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka penulis merumuskan adanya suatu permasalahan dari test dan pengukuran Gantung Siku Bengkok yang dipraktekkan pada tanggal 24 Desember 2008 di Kampus PGSD Jaskes Prodi B.aceh yang indikatornya sebagai berikut :
1. Apakah hambatan-hambatan yang mempersulit testee dalam test dan pengukuran gantung siku bengkok ?
Dengan demikian penulis merumuskan hambatan-hambatan yang mempersulit testee dalam melakukan test dan pengukuran Gantung Siku Bengkok adalah :
a. Berat badan
b. Daya Tahan, dan
c. Posisi Badan Pada saat berada pada palang tunggal.
BAB II
PEMBAHASAN
Hasil Test Dan Pengukuran Gantung Siku Bengkok
Adapun laporan penulis terhadap test dan pengukuran Gantung Siku Bengkok Penulis sebelumnya akan menjelaskan beberapa faktor yang yang mempersulit testee dalam melakukan test dan pengukuran Gantung siku Bengkok yaitu sebagai berikut :
1. Berat Badan
2. Daya Tahan
3. Posisi Badan
a. Berat Badan
Berat badan adalah salah satu faktor kekurangan dalam test dan pengukuran gantung siku bengkok, Dan oleh karena itu unjuk rasa pada gantung siku bengkok dihambat oleh korelasi yang negatif terhadap berat badan yang memungkinkan dapat disebabkan oleh adanya korelasi yang bertolak belakang antara kekuatan untuk mempertahankan dagu di atas palang tunggal yang dipengaruhi oleh factor kegemukan badan.
b. Daya Tahan
Dalam pelakasanaan gantung siku bengkok kekuatan atau daya tahan diatas palang tunggal merupakan salah satu penilaian yang penting untuk di nilai kesempurnaan test dan pengukuran gantung siku bengkok.
Adapun yang mempengruhi daya tahan di atas palang tunggal adalah posisi genggaman tangan, dan kekuatan memegang palang tunggal.
c. Posisi Badan
Salah satu ketiadak sempurnaan dalam gantung siku bengkok adalah posisi badan saat berada palang tunggal, adapun yang diperhatikan pada posisi badan adalah posisi tangan yang membentuk siku dan posisi kaki yang lurus dengan merapatkan ujung kaki.
Dari ketiga faktor yang dijelaskan, penulis melihat dari tes yang dilaksanakan pada tanggal 24 Desember 2008 masih jauh dari kesempurnaan karena dari 10 tester yang dites sebagai sampel banyaknya ketidak sempurnaan dibandingkan yang melakukan tes dengan sempurna.
Adapun hasil tes dan pengukuran gantung siku bengkok yang didapatkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
hasil tes dan pengukuran Gantung Siku Bengkok
pada tanggal 24 Desember 2008
yang dipraktekkan
oleh Ruang C
Testee / Siswa
Aiyub
Munjir
Rahmad
Ahmad
M. Riza
Ahmad Wahidin
Fahrul
M. Riza
Fahmi
Zulkarnaen
Lama Waktu
12,5 Detik
8,4 Detik
1,8 Detik
8,9 Detik
6,3 Detik
20,3 Detik
7,9 Detik
7,2 Detik
4,3 Detik
7,5 Detik
Keterangan
Dagu kurang diangkat
Kaki tidak lurus
Kaki tidak lurus
Kaki tidak lurus
Bagus
Kaki tidak lurus
Bagus
Kaki tidak lurus
Bagus
Bagus
A. KESIMPULAN
Walaupun pada umumnya tes sudah dikenal oleh para instruktur maupun siswa itu sendiri, banyak yang diantara yang dites masih belumj mampu mengangkat badannya sendiri. Pengembangan tes ini sudah dilakukan modifikasi sebagai tes alternatif untuk flexed arm hang dan pull up. Tes ini dilakukan secara begantian atau satu persatu, dan kinerja tes ini pada gantung siku bengkok memiliki hubungan/ pengaruh negative dengan berat badan, daya tahan, dan posisi badan pada saat berada pada palang tunggal.
1. Dalam pelaksanaan gantung siku bengkok yang katagorinya sempurna supaya dapat menahan dagu diatas palang dalam tempo waktu yang lama baru dikategorikan sangat baik.
B. SARAN-SARAN
1. Dalam melakukan gantung siku bengkok harus ditingkatkan keseriusan serta kedisiplinan dalam pelaksanaannya untuk mendapatkan hasil yang maksimal
2. Atas kekurangan dari laporan makalah ini penulis mohon maaf, serta kritik dan saran dari kawan-kawan sangat penulis harapkan.
LANDASAN DIKJAS
HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI DAN PEMBELAJARAN
OLAHRAGA DAN PENJAS ORKES
O
L
E
H
ISRIADI
Nim : 0806104120057
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
S1 PENJASKESREK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2010
PEMBELAJARAN OLAHRAGA DAN PENJASORKES
Oleh : Drs.Bakhruddin
PENDIDIKAN JASMANI DAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
Seiring dengan perubahan kurikulum tahun 1984 yaitu pendidikan olahraga menjadikan jasmani dan kesehatan tahun 1994 dan pendidikan jasmani dan kesehatan peubahan makna dan pelaksanaan aktivitas di lapangan. Perubahan tersebut yang bermakna sebagai berikut:
Pendidikan Jasmani adalah program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung bahwa arti gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang terpilih hanyalah alat untuk mendidik. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial.
Pendidikan Olahraga adalah pedidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga. Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam peroses pemmbelanaran.
Perbedaan Antara Penjas Dan Pendidikan Olahraga
Pendidikan Jasmani Pendidikan Olahraga
Pesertanya siswa
Sosialisasi atau mendidik via olahraga
Menekankan perkembangan kepribadian menyeluruh
Menekankan penguasaan ketrampilan dasar Pesertanya atlit
Sosialisasi atau mendidik kedalam olahraga
Mengutamakan penguasaan ketrampilan berolahraga
Menekankan penguasaan teknik dasar
Sering masyarakat salah memahami selama ini tentang pelajaran penjas yang dilakukan oleh siswa baik Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Dimana mereka selalu menyebutkan pelajaran olahraga, baik orang tua murid maupun masyarakat umumnya. Salah satu contoh “ Orang tua murid mengingatkan kepada anaknya disaat jam sekolah atau jam penjas, dan orang tua bertanya “Adakah kamu bawa pakaian olahraga ?”
Seiring dengan perubahan kurikulum sekolah di Indonesia, dan perkembangan teknologi yang sangat pesat maka pelajaran yang lebih dominan aktivitas Fisik nya adalah terjadi perubahan.
Adapun perubahan itu dapat kita lihat sebagai berikut :
1. Istilah gerak Badan (1945 – 1950)
Berlangsung dari tahun 1945 – 1950
2. Pendidikan Jasmani (1950 – 1954)
sesuai UU No. 4. tahun 1950 dan menjadi UU No. 12 tahun 1954. sebagai landasannya adalah : “ Pendidikan Jasmani yang menuju kepada keselarasannya antara tumbuhnya badan dengan perkembangan jiwa, merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi Bangsa yang sehat, Kuat lahir batin diberikan pada semua jenis sekolah “.
3. Istlah Olahraga (1962 – 1968)
Dalam rangka Asiade IV tahun 1962, pemerintah Indonesia merubah jawaban pendidikan Jasmani menjadi “ Departemen Olahraga “ dengan keputusan Presiden NO. 131/1962.
4. Istilah Olahraga Pendidikan (1968 – 1978)
Dirjen olahraga (Depdikbud), dan berubah menjadi Dirjen Olahraga dan Pemuda. Dirjen Keolahragaan tugasnya mengatur olahraga diluar sekolah sedangkan Direktorat olahraga pendidikan tugasnya mengelola olahraga adalah kegiatan manusia yang wajar sesuai dengan kodrat ilahi untuk mengembangkan dan membina potensi fisik, mental dan rohaniah manusia demi kebagian dan kesejahteraan pribadi dan masyarakat.
5. Istilah Pendidikan Olahraga dan Kesehatan(1978 -1994)
Pendidikan kegiatan yang dilakukan untuk kebutuhan sepanjang hidup terhadap olahraga yakin akan manfaatnya, sesuai Tap MPR RI /No.IV/MPR/1978 tentang GBHN. Pendidikan khusus (Olahraga) bertujuan untuk meningkatkan prestasi olahraga anak secara optimal.
6. Istilah Penjaskes (1994 – 2004)
Dengan sasaran meningkatkan prestasi olahraga dan kesehatan anak didik disekolah dengan ketentuan jumlah jam belajar yang berkonsep untuk kesehatan dan aktivitas jasmani yang telah ditentukan.
7. Istilah Pendidikdn Jasmani (2004 – 2006)
adapun tujuannya untuk meningkatkan kebugaran anak didik di sekolah dengan ketentuan yang berbasis kompetensi.
8. Istilah Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (2006 – 2008)
Dengan tujuan meningkatkan kebugaran jasmani anak didik di sekolah dengan ketentuan yang berbasis kompetensi untuk tingkat satuan pedidikan.
TATA PEMBELAJARAN
PENJAS
KOGNITIF
Konsep gerak
Arti Sehat
Memecahkan masalah
Kritis dan cerdas
PSIKOMOTOR
Gerak dan ketrampilan
Kemampuan fisik dan motorik
Perbaikan fungsi Motorik
PSIKOMOTOR
Gerak dan ketrampilan
Kemampuan fisik dan motorik
Perbaikan fungsi Motorik
HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI DAN PEMBELAJARAN
OLAHRAGA DAN PENJAS ORKES
O
L
E
H
ISRIADI
Nim : 0806104120057
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
S1 PENJASKESREK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2010
PEMBELAJARAN OLAHRAGA DAN PENJASORKES
Oleh : Drs.Bakhruddin
PENDIDIKAN JASMANI DAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
Seiring dengan perubahan kurikulum tahun 1984 yaitu pendidikan olahraga menjadikan jasmani dan kesehatan tahun 1994 dan pendidikan jasmani dan kesehatan peubahan makna dan pelaksanaan aktivitas di lapangan. Perubahan tersebut yang bermakna sebagai berikut:
Pendidikan Jasmani adalah program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung bahwa arti gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang terpilih hanyalah alat untuk mendidik. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial.
Pendidikan Olahraga adalah pedidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga. Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam peroses pemmbelanaran.
Perbedaan Antara Penjas Dan Pendidikan Olahraga
Pendidikan Jasmani Pendidikan Olahraga
Pesertanya siswa
Sosialisasi atau mendidik via olahraga
Menekankan perkembangan kepribadian menyeluruh
Menekankan penguasaan ketrampilan dasar Pesertanya atlit
Sosialisasi atau mendidik kedalam olahraga
Mengutamakan penguasaan ketrampilan berolahraga
Menekankan penguasaan teknik dasar
Sering masyarakat salah memahami selama ini tentang pelajaran penjas yang dilakukan oleh siswa baik Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Dimana mereka selalu menyebutkan pelajaran olahraga, baik orang tua murid maupun masyarakat umumnya. Salah satu contoh “ Orang tua murid mengingatkan kepada anaknya disaat jam sekolah atau jam penjas, dan orang tua bertanya “Adakah kamu bawa pakaian olahraga ?”
Seiring dengan perubahan kurikulum sekolah di Indonesia, dan perkembangan teknologi yang sangat pesat maka pelajaran yang lebih dominan aktivitas Fisik nya adalah terjadi perubahan.
Adapun perubahan itu dapat kita lihat sebagai berikut :
1. Istilah gerak Badan (1945 – 1950)
Berlangsung dari tahun 1945 – 1950
2. Pendidikan Jasmani (1950 – 1954)
sesuai UU No. 4. tahun 1950 dan menjadi UU No. 12 tahun 1954. sebagai landasannya adalah : “ Pendidikan Jasmani yang menuju kepada keselarasannya antara tumbuhnya badan dengan perkembangan jiwa, merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi Bangsa yang sehat, Kuat lahir batin diberikan pada semua jenis sekolah “.
3. Istlah Olahraga (1962 – 1968)
Dalam rangka Asiade IV tahun 1962, pemerintah Indonesia merubah jawaban pendidikan Jasmani menjadi “ Departemen Olahraga “ dengan keputusan Presiden NO. 131/1962.
4. Istilah Olahraga Pendidikan (1968 – 1978)
Dirjen olahraga (Depdikbud), dan berubah menjadi Dirjen Olahraga dan Pemuda. Dirjen Keolahragaan tugasnya mengatur olahraga diluar sekolah sedangkan Direktorat olahraga pendidikan tugasnya mengelola olahraga adalah kegiatan manusia yang wajar sesuai dengan kodrat ilahi untuk mengembangkan dan membina potensi fisik, mental dan rohaniah manusia demi kebagian dan kesejahteraan pribadi dan masyarakat.
5. Istilah Pendidikan Olahraga dan Kesehatan(1978 -1994)
Pendidikan kegiatan yang dilakukan untuk kebutuhan sepanjang hidup terhadap olahraga yakin akan manfaatnya, sesuai Tap MPR RI /No.IV/MPR/1978 tentang GBHN. Pendidikan khusus (Olahraga) bertujuan untuk meningkatkan prestasi olahraga anak secara optimal.
6. Istilah Penjaskes (1994 – 2004)
Dengan sasaran meningkatkan prestasi olahraga dan kesehatan anak didik disekolah dengan ketentuan jumlah jam belajar yang berkonsep untuk kesehatan dan aktivitas jasmani yang telah ditentukan.
7. Istilah Pendidikdn Jasmani (2004 – 2006)
adapun tujuannya untuk meningkatkan kebugaran anak didik di sekolah dengan ketentuan yang berbasis kompetensi.
8. Istilah Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (2006 – 2008)
Dengan tujuan meningkatkan kebugaran jasmani anak didik di sekolah dengan ketentuan yang berbasis kompetensi untuk tingkat satuan pedidikan.
TATA PEMBELAJARAN
PENJAS
KOGNITIF
Konsep gerak
Arti Sehat
Memecahkan masalah
Kritis dan cerdas
PSIKOMOTOR
Gerak dan ketrampilan
Kemampuan fisik dan motorik
Perbaikan fungsi Motorik
PSIKOMOTOR
Gerak dan ketrampilan
Kemampuan fisik dan motorik
Perbaikan fungsi Motorik
Rabu, 30 Juni 2010
LOGIN 2 YM DALAM 1 KOMPUTER/LAPTOP
Bagi pengguna Yahoo Messenger ini ada sedikit Tips untuk login Multi ID. Tips ini untuk menjalankan user id Yahoo Messenger lebih dari satu atau user id berbeda dalam satu PC. Mungkin banyak yang tidak tahu akan hal ini. Sebenarnya yang dibutuhkan adalah "regedit" dengan melakukan sedikit "tweak" pada Registry Windows. Caranya tidak sulit, disini hanya ada 2 cara saja:
1. Dengan membuat batch *reg menggunakan notepad
2. Manual registry entry
Penjelasan :
1. Untuk cara batch silahkan buka notepad kemudian masukkan teks di dalam kolom berikut :
=================================
REGEDIT4
[HKEY_CURRENT_USER\Software\yahoo\pager\Test]
"Plural"=dword:00000001
=================================
kemudian save as dengan extensi .reg, mis. contoh "ym2.reg"
kalian dapat mendobel kliknya untuk mengaktifkannya.
2. Untuk cara yang kedua kalian bisa mengikuti langkah-langkah berikut ini :
- Klik "Start"
- Klik "Run"
- Ketik "regedit"
- Buka HKEY_CURRENT_USER >> Software >> yahoo >> pager >> test.
Pada sebelah kanan, klik kanan >> New >> DWORD value
Beri nama "Plural' tekan enter 2 kali dan berikan nilai 1.
Untuk menjalankannya silahkan jalankan Yahoo Messenger seperti biasa, kemudian jika anda ingin login dengan id yang berbeda anda tinggal klik lagi shorcut Yahoo Messenger yang ada di Start Menu/Desktop/Quick Launch. Setelah anda klik akan muncul window Yahoo messenger baru, dan silahkan login dengan id yang berbeda.
"Saya sendiri sudah mencoba trik ini, dan berhasil, tak ada salahnya jika saya share ke ke teman-teman". =)
Namun apabila setelah menjalankan langkah-langkah diatas tetapi belum juga berhasil, coba logout dari Yahoo Messenger dan Exit, kemudian jalankan lagi dari shorcut yang tersedia. Jika masih belum bisa, coba restart Windows anda atau periksa apakah Registry Windows anda di-lock oleh administrator (Biasanya untuk komputer kantor/security reason).
Semoga berguna ya...
1. Dengan membuat batch *reg menggunakan notepad
2. Manual registry entry
Penjelasan :
1. Untuk cara batch silahkan buka notepad kemudian masukkan teks di dalam kolom berikut :
=================================
REGEDIT4
[HKEY_CURRENT_USER\Software\yahoo\pager\Test]
"Plural"=dword:00000001
=================================
kemudian save as dengan extensi .reg, mis. contoh "ym2.reg"
kalian dapat mendobel kliknya untuk mengaktifkannya.
2. Untuk cara yang kedua kalian bisa mengikuti langkah-langkah berikut ini :
- Klik "Start"
- Klik "Run"
- Ketik "regedit"
- Buka HKEY_CURRENT_USER >> Software >> yahoo >> pager >> test.
Pada sebelah kanan, klik kanan >> New >> DWORD value
Beri nama "Plural' tekan enter 2 kali dan berikan nilai 1.
Untuk menjalankannya silahkan jalankan Yahoo Messenger seperti biasa, kemudian jika anda ingin login dengan id yang berbeda anda tinggal klik lagi shorcut Yahoo Messenger yang ada di Start Menu/Desktop/Quick Launch. Setelah anda klik akan muncul window Yahoo messenger baru, dan silahkan login dengan id yang berbeda.
"Saya sendiri sudah mencoba trik ini, dan berhasil, tak ada salahnya jika saya share ke ke teman-teman". =)
Namun apabila setelah menjalankan langkah-langkah diatas tetapi belum juga berhasil, coba logout dari Yahoo Messenger dan Exit, kemudian jalankan lagi dari shorcut yang tersedia. Jika masih belum bisa, coba restart Windows anda atau periksa apakah Registry Windows anda di-lock oleh administrator (Biasanya untuk komputer kantor/security reason).
Semoga berguna ya...
Selasa, 29 Juni 2010
MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI SISWA MELALUI PENDIDIKAN JASMANI DENGAN METODE BERMAIN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya berperan mencerdaskan kehidupan bangsa, yang sasarannya adalah peningkatan kualitas manusia Indonesia baik itu sosial, spiritual dan intelektual, serta kemampuan yang profesional. Untuk itu pembangunan keolahragaan perlu dikembangkan dan ditingkatkan diseluruh tanah air terutama di sekolah–sekolah yang nantinya dapat menunjang proses belajar siswa. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, kemampuan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistimatis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan sebagai suatu pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu memberikan kesempatan pada anak didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistimatika. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Pendidikan memiliki sasaran peadagogik, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, karena gerak merupakan aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangannya yang terjadi selama ini telah terjadi kecendrungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandang ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Dengan adanya mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan salah satu media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-sportivitas-spritual-sosial) serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
Usaha yang perlu dilakukan untuk melaksanakan usaha di atas adalah salah satunya dengan melakukan pembinaan olahraga disekolah-sekolah, serta melakukan olahraga secara rutin, kegiatan olahraga yang dilakukan disekolah tidak hanya terpaut dengan waktu 2 x 45 menit atau selama proses belajar mengajar berlangsung. Kegiatan yang dilaksanakan di sekolah harus terarah dan terencana, guna mencapai tujuan kesegaran jasmani yang diinginkan. Salah satu bidang studi yang cukup penting dalam rangka peningkatan kesegaran jasmani adalah mata pelajaran Pendidikan Jasmani.
Tujuan pendidikan jasmani di sekolah adalah membantu siswa dalam peningkatan kesegaran Jasmani melalui pengenalan dan penanaman sikap positif serta kemampuan gerak dari berbagai aktivitas jasmani, sedangkan fungsi dari Pendidikan jasmani yang disajikan di sekolah memiliki fungsi antara pengembangan aspek: (a) organic, (b) neuro moscular, (c) perceptual, (d) social dan (e) emosional (Depdiknas : 2003b).
Kesegaran jasmani merupakan aspek yang sangat penting dari kesegaran tubuh secara keseluruhannya yang memberikan kesanggupan pada seseorang untuk menjalani hidup yang produktif serta dapat menyesuaikan diri setiap beban fisik yang layak, (Sutarman, 1975). Dari uraian di atas dapatlah kita simpulkan bahwa Pendidikan Jasmani ini adalah untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan kemampuan gerak, menanamkan nilai, sikap dan membiasakan hidup sehat dikalangan siswa.
Program pendidikan jasmani seharusnya memberikan kesempatan bagi semua siswa untuk meningkatkan dan mempertahankan kesegaran jasmani mereka, sepadan dengan kebutuhan mereka yang selalu disibukkan dengan pelajaran tatap muka di kelas selama lebih kurang 8 - 10 jam sehari. Dengan demikian perlu adanya penyegaran dengan jalan berolahraga agar tingkat kesegaran jasmani tetap terjaga. Kesegaran jasmani merupakan faktor penentu dalam segala aspek kehidupan manusia. Kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang mengerjakan satu seri kelompok otot-otot dalam waktu yang lama untuk membebani sistim peredaran darah dan pernafasan tanpa menyebabkan ia berhenti bekerja (Bafirman 1994). Seorang siswa yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang tinggi atau tingkat kondisi tubuh yang prima akan dapat melakukan aktifitas belajar dengan baik dalam waktu yang cukup lama, tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
B. Rumusan Masalah
Latar belakang diatas, penulis bertolak ingin merumuskan masalah sebagai berikut:
Meningkatkan kesegaran jasmani siswa dengan permainan kecil
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pendidikan Olahraga
Di sekolah-sekolah berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan dalam masa PPL, dimana keinginan siswa untuk berolahraga masih dirasakan sangat kurang tidak seperti yang diharapkan terutama bagi siswa perempuan. Kendalanya pada praktek di lapangan, dimana kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran, disamping itu guru lebih menekankan pada aspek keterampilan cabang olahraga dari pada nilai-nilai yang terdapat dalam olahraga tersebut seperti yang tercantum pada tujuan pembelajaran. Hal tersebut di atas mengakibatkan guru lebih cendrung melatih dari pada mengajar, sehingga proses pembelajaran Pendidikan jasmani lebih menekankan kepada aspek psikomotor siswa dari pada aspek kognitif dan afektif. Karena lebih menekankan aspek keterampilan olahraga tertentu, yang aktif hanya siswa yang mempunyai ketrampilan saja, sedangkan siswa yang tidak senang berolahraga tidak aktif sama sekali.
Untuk itu perlu adanya pendekatan yang digunakan oleh seorang guru yang dapat menjembatani antara siswa yang mempunyai keterampilan olahraga dengan yang tidak mempunyai keterampilan olahraga. Salah satu alternatif pendekatan yang digunakan adalah dengan memakai metoda permainan seperti membentuk permainan kecil yang dirancang oleh guru untuk mengarahkan siswa lebih aktif bergerak dan menarik agar siswa itu berkeinginan dari dalam dirinya untuk mengikuti olahraga dengan merasa senang tanpa merasa terpaksa oleh gurunya. Pendekatan metoda permainan kecil adalah suatu proses pembelajaran dimana dalam mengajarkan teknik cabang olahraga melalui bentuk permainan kecil tanpa mengabaikan materi inti Pelajaran. Disini peran guru dalam memberikan motivasi dan metode mengajar sangat dituntut agar diharapkan siswa mempunyai keinginan yang tinggi terhadap pentingnya olahraga itu. Kegiatan olahraga ini jangan hanya terbatas dalam waktu 2 x 45 saja, akan tetapi perlu adanya olahraga tambahan di luar jam tatap muka seperti kegiatan ekstrakurikuler olahraga. Dalam pengajaran reflektif seorang guru dikatakan berhasil apabila ia dapat mencapai kepuasan, professional, dan ia vsecara efektf dengan lingkungan pengajaran khusus. Seorang guru yang reflektif harus mampu memanfaatkan lingkungan yang ada secara optimal sehingga dapat menumbuhkan situasi dan kondisi yang merangsang anak untuk senang belajar olahraga.
B. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pengertian Pendidikan jasmani banyak sekali variasi yang dikemukakan oleh pakar antara satu dengan lainnya. Setiap penulis cendrung memberikan definisi pendidikan jasmani menurut pandangannya masing-masing. Pendapat Cholik, M (1997) mengatakan bahwa proses pendidikan jasmani yang melibatkan interaksi antara peserta (anak didik) dengan lingkungannya yang dikelola melalui aktifitas jasmani secara sistimatik menuju pembentukan manusia seutuhnya.
Kemudian dari pada itu Pendidikan Jasmani dapat juga kita artikan suatu pendidikan yang mempergunakan fisik atau tubuh sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, atau suatu pendidikan melalui aktivitas-aktivitas jasmani. Atau juga Pendidikan Jasmani adalah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah untuk menuju kebulatan kepribadian manusia dengan cita-cita kemanusiaan. Dari definisi di atas maka dapat dirumuskan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktifitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental, sosial, dan emosional yang serasi selaras dan seimbang.
Pada usia sekolah anak diharapkan bergerak dengan aktifitas fisik yang teratur. Rangsangan sensoris pada usia dini penting untuk mengembangkan kemampuan, kemampuan menganalisis dan bahkan menjadi faktor perantara yang memungkinkan tercapainya proses belajar yang cepat pada tahap dewasa.
C. Hakikat Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani merupakan aspek yang sangat penting dari kesegaran jasmani secara keseluruhannya, yang nantinya akan memberikan kesanggupan pada seseorang untuk menjalani hidup yang produktif serta dapat menyesuaikan diri setiap beban fisik yang layak, (Sutarman, 1975). Kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari – hari dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk keperluan yang mendadak. Dapat pula ditambahkan, kesegaran jasmani merupakan kemampuan untuk menunaikan tugas-tugas dengan baik walaupun dalam kedaaan sukar, dimana orang yang kesegaran jasmaninya kurang, tidak akan dapat melakukanya (Sumosardjono, 1992). Jadi dengan demikian dapat dikemukakan bahwa ada komponen-komponen yang dapat mempengaruhi kesegaran jasmani, yaitu : (a) kondisi fisik setelah melakukan tugas-tugas yang diberikan tetap baik; (b) kemampuan atau kapasitas seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas sehari-hari; (c) Kemampuan untuk mengatasi situasi dalam keadaan sukar.
Tingkat kesegaran jasmani sangat penting dan sesuai dengan kebutuhan siswa yang selalu dihadapkan dengan kegiatan jadwal pelajaran yang padat, karena bila kesegaran jasmani meningkat akan dapat memberikan hal yang berarti terhadap ketahanan jasmaniah. Seseorang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang tinggi akan memiliki kekuatan dan ketahanan untuk melakukan aktifitas kehidupan tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
Selanjutnya seseorang yang mempunyai dasar kesegaran jasmani yang baik, dan perkembangan badan yang kuat melalui aktifitas jasmani, akan lebih memiliki pandangan keingintahuan sebab mempunyai semangat hidup yang lebih besar dan tingkat tenaganya yang tinggi. Tenaga tersebut diperlukan untuk menyelesaikan tugasnya dan kegiatan rutin” (Adisasmita, 1989). Dari penjelasannya dapat dikemukakan bahwa kesegaran jasmani merupakan factor penentu dalam segala aspek kehidupan. Seorang yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang tinggi atau tingkat kondisi tubuh yang prima akan dapat melakukan aktivitas yang lama dengan beban yang cukup, tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Dengan meningkatnya kesegaran jasmani siswa, dia akan mempunyai daya tahan tubuh terhadap berbagai macam penyakit yang akan mengganggu aktivitas belajarnya. Kekebalan terhadap penyakit merupakan faktor yang sangat penting. Seorang siswa yang dikatakan dalam kondisi baik (fit) kesegaran jasmaninya, berarti kekebalan tubuhnya terhadap serangan penyakit keturunan maupun penyakit yang datangnya dari lingkungan semakin membaik.
Kesegaran jasmani dapat dikelompokkan sebagai berikut : a) Kekebalan terhadap serangan penyakit; (b) Kekuatan dan ketahanan otot; (c) Ketahanan cardiorespiratory; (d) Daya otot (muscular power); (e) Fleksibelitas; (f) Kecepatan; (g) Kelincahan; (h) Koor-Dinasi; (i) Keseimbangan; (j) Ketepatan” (Ahady dan Heiri 1982).
D. Hakikat Permainan Kecil Dalam Berolahraga
Pendekatan permainan adalah suatu proses penyampaian pengajaran dalam bentuk bermain tanpa mengabaikan materi inti. Permainan yang dimaksukan disini adalah permainan kecil yang materinya disesuaikan dengan standar kompetensi dalam kurikulum. Permainan kecil ini dapat digunakan untuk mengajar Atletik, senam dan cabang olahraga lainnya yang ada hubunganya dengan pendidikan jasmani. Menurut Cholik, M (1997) Pelajaran pendidikan jasmani di sekolah bukan mengejar prestasi (aspek skill) tetapi menyalurkan dorongan-dorongan untuk aktif bermain.
Pendidikan jasmani untuk anak harus lebih menekankan kepada aspek permainan dari pada teknik cabang olahraganya karena bermain adalah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia pada umumnya dan siswa khususnya. Jadi dengan demikian permainan dikonsentrasikan pada pendekatan memahami masalah yang didasarkan atas domein kognitif, dirancang oleh guru untuk mengarahkan siswa memahami kegiatan dan tujuan ketrampilan dalam kegiatan tersebut. Pendekatan ini memungkinkan guru untuk membantu kelompok kecil atau individu yang tekniknya masih kurang. Dengan menyeimbangkan penekanan pada domein kognitif, afektif dan psikomotor dalam kegiatan fisik berupa bermain, diharapkan dapat menarik keinginan siswa bila mereka dibantu dan dorong oleh gurunya.
Bermain merupakan aktifitas yang dapat membentuk kepribadian dan penemuan diri bagi siswa. Penekanan dalam bermain akan menjadikan mata pelajaran Pendidikan Jasmani sesuatu yang sangat menyenangkan dan sangat menarik dan selalu ditunggu-tunggu oleh siswa.
Dengan pendekatan permainan kecil untuk mencapai tujuan pelajaran akan mempunyai dampak dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :
a. Menempatkan permainan kecil menjadi fokus dari mata pelajaran Pendidikan jasmani yang dapat meningkatkan kegembiraan dan kepuasan pada diri siswa dalam melakukan gerakan-gerakan untuk bermain, dalam rangka mencapai unsur kesegaran jasmani.
b. Memungkinkan siswa yang kurang terampil berolahraga dan kurang menyenangi olahraga akan menyenangi kegiatan jasmani atau olahraga seperti kawan-kawan lain yang secara jasmaniah berbakat dalam olahraga.
c. Mendorong siswa untuk belajar mengambil keputusan mereka sendiri dalam waktu yang sangat singkat.
d. Keterampilan olahraga tidak mutlak harus dimiliki oleh siswa laki-laki saja tetapi siswa perempuan harus mampu untuk melakukannya.
Jadi dengan demikian dari berapa pendapat para pakar di atas maka dapat kita hubungkan dengan kenyataan yang ada,maka gerakan bermain siswa akan menemukan dirinya sendiri sebagai suatu kesatuan yang lahir tersendiri dengan ciri-ciri tubuh dan kapasitas dirinya sendiri. Konsep yang timbul tentang dirinya adalah mempertinggi ego seperti perhatian terhadap ketangkasan dan akal dan pikirannya. Untuk dapat meningkatkan kesegaran jasmani siswa tanpa mengabaikan kurikulum yang ada, di bawah ini disajikan permainan kecil yang mengarah pada pencapaian kurikulum dan juga untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa.
Contoh permainan kecil untuk pemanasan dengan materi pelajaran Atletik (lari sprint) dan mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana. Maka dengan adanya unsur permainan kecil yang dimunculkan dalam setiap pertemuan dengan siswa dalam proses belajar mengajar baik itu untuk pemanasan maupun pelajaran inti atau kegiatan akhir, maka kita sebagai seorang guru
Penjasorkes dapat membantu siswa untuk mencapai salah satu unsur kegembiraan. Dalam permaianan kecil unsure kegembiraan sangat diutamakan sekali.
Kegembiraan yang dimaksud disini dalam arti yang paling disenangi anak dalam bermain adalah kegembiraan dan menikmati setiap gerakan yang dilakukan. Anak berlari, melompat dan berputar sambil menjerit dengan gembira sebagai ungkapan rasa riang dalam hidupnya sehingga mereka dapat melupakan sejenak kegiatan rutinitasnya sehari-hari yang selalu disibukkan dengan berbagai macam persoalan yang ada dalam kehidupannya, seperti sebagai seorang siswa selalu menghadapi pelajaran yang sangat berat di sekolah sedangkan di rumah dihadapkan dengan setumpuk pekerjaan rumah yang harus diselesaikannya dan juga membantu orang tuanya dirumah. Dengan adanya unsur kegembiraannya tadi anak dalam berolahraga tanpa disadarinya dia telah melakukan gerakangerakan yang sulit, dapat mengatasi permasalahan dengan cepat, dan dapat bertindak dalam seketika. Jadi dengan demikian apa yang diinginkan seperti kesegaran jasmani yang baik akan tercapai.
Dalam meningkatkan kesegaran jasmani siswa, guru olahraga banyak yang belum dapat memecahkan persoalan yang sering dihadapinya di lapangan. Untuk memecahkan permasalahan yang selalu timbul dari kegiatan olahraga di sekolah adalah dimana seorang guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus memiliki kemampuan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang dapat menarik dan mampu merangsang siswa untuk senang mengikuti pelajaran olahraga. Seorang guru Pendidikan Jasmani harus banyak mempunyai variasi atau cara mengajar apakah itu bermain membentuk kelompok-kelompok kecil atau perindividu siswa, dan mempunyai bermacam-macam permainan kecil yang mengarah ke standar kompetensi yang terdapat dalam kurikulum, sehingga membuat siswa itu senang mengikuti olahraga dan bermain.
Dalam pelajaran pendidikan jasmani dapat terlihat siswa ini banyak yang kurang melakukan kegiatan, ini disebabkan karena metoda yang dipakai oleh guru kurang menarik dan kurangnya pendekatan yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran. Pembelajaran terlihat sangat kaku dimana siswa lebih banyak menunggu giliran untuk melakukan kegiatan, sehingga waktu yang digunakan lebih banyak untuk menunggu giliran dari pada melakukan kegiatan. Kegiatan ini menyebabkan siswa lebih banyak diam dari pada bergerak, hal ini sangat bertentangan dengan karakteristik Pendidikan Jasmani dan olahraga. Disamping metoda pengajaran yang kurang menarik juga dibarengi dengan peralatan yang dipakai masih kurang kalau dibandingkan dengan jumlah siswa yang melakukan kegiatan olahraga.
Pengajaran yang baik dalam pendidikan jsamani dalam kenyataanya lebih dari mengembangkan keterampilan olahraga. Pengajaran yang baik tersebut melibatkan aspek-aspek yang berhubungan dengan apa yang sebenarnya dipelajari oleh siswa melalui partisipasinya, bukan aktivitas atau olahraga yang mana dapat mereka lakukan. Agar program Pendidikan jasmani berhasildengan baik maka perlu dikaitkan dengan program-program kegiatan lainnya.
Mengingat makna penting tersebut, aktifitas jasmani harus diartikan sebagai kegiatan peserta didik untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup kognitif, afektif, sosial. Melalui kegiatan Pendidikan Jasmani di sekolah diharpkan anak didik menjadi tumbuh dan berkembang sehar dan segar jasmaninya, serta perkembangan pribadinya secara harmonis. Dalam hubungannya dengan prestasi olahraga pendidikan jasmani berupaya membentuk keterampilan gerak dasar yang bermanfaat dalam usaha pembibitan olahragawan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa dengan pendekatan melaui permainan kecil ini akan dapat mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di tingkat sekolah akan menjadi lebih menyenangkan dan menimbulkan unsur-unsur kegembiraan, sehingga tingkat partisipasinya lebih meningkat dibandingkan pola-pola pembelajaran tradisionil. Model pembelajaran diusahakan dalam bentuk permainan (permainan kecil), meskipun atletik cendrung bukan permainan. Apabila dikaitkan dengan kajian teoritik, pemberian beban keterampilan gerak dengan memperhatikan tingkat perkembangan anak berpengaruh positif terhadap perkembangan selanjutnya.
Jika anak diberikan bentuk kegiatan yang semestinya dilakukan orang dewasa, mereka akan frustasi bahkan lari dari kegiatan. Sebaliknya bila bentuk kegiatan tersebut memang cocok untuk usia mereka, mereka akan senang dan gembira. Dan jika mereka senang dan gembira dalam beraktifitas, sudah barang tentu partisipasi mereka akan meningkat dalam proses pembelajaran. Dalam model pembelajaran ini guru dituntut aktif dan kreatif dalam pembelajaran anak. Kreatifitas diperlukan dalam mempersiapkan pelajaran maupun saat dilapangan. Karena tidak menutup kemungkinan saat dilapangan guru harus melakukan improvisasi ketika irama pembelajaran mandeg. Guru tidak hanya tergantung pada peralatan/perlengkapan yang dimiliki sekolah, melinkan harus kreatif menciptakan alat-alat pembelajaran sederhana.
DAFTAR PUSTAKA
Bafirman . (1989) . Pembinaan Kesegaran Jasmani : FPOK IKIP Padang.
Cholik, M. (1977). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta, Proyek Pengembangan Guru Sekolah Dasar
Depdiknas, 2003b. Kurikulum (2004) Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SMP dan MTs. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional. Sutarman. (1975). Pengertian Kesegaran Jasmani dan Tes Kardiorespirasi, Jakarta : Koni
Yusuf, Adisasmita. (1989). Hakikat, Filsafat dan Peranan Pendidikan Jasmani Dalam Masyarakat. Jakarta : Depdikbud.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya berperan mencerdaskan kehidupan bangsa, yang sasarannya adalah peningkatan kualitas manusia Indonesia baik itu sosial, spiritual dan intelektual, serta kemampuan yang profesional. Untuk itu pembangunan keolahragaan perlu dikembangkan dan ditingkatkan diseluruh tanah air terutama di sekolah–sekolah yang nantinya dapat menunjang proses belajar siswa. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, kemampuan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistimatis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan sebagai suatu pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu memberikan kesempatan pada anak didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistimatika. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Pendidikan memiliki sasaran peadagogik, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, karena gerak merupakan aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami berkembang searah dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangannya yang terjadi selama ini telah terjadi kecendrungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandang ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Dengan adanya mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan salah satu media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-sportivitas-spritual-sosial) serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
Usaha yang perlu dilakukan untuk melaksanakan usaha di atas adalah salah satunya dengan melakukan pembinaan olahraga disekolah-sekolah, serta melakukan olahraga secara rutin, kegiatan olahraga yang dilakukan disekolah tidak hanya terpaut dengan waktu 2 x 45 menit atau selama proses belajar mengajar berlangsung. Kegiatan yang dilaksanakan di sekolah harus terarah dan terencana, guna mencapai tujuan kesegaran jasmani yang diinginkan. Salah satu bidang studi yang cukup penting dalam rangka peningkatan kesegaran jasmani adalah mata pelajaran Pendidikan Jasmani.
Tujuan pendidikan jasmani di sekolah adalah membantu siswa dalam peningkatan kesegaran Jasmani melalui pengenalan dan penanaman sikap positif serta kemampuan gerak dari berbagai aktivitas jasmani, sedangkan fungsi dari Pendidikan jasmani yang disajikan di sekolah memiliki fungsi antara pengembangan aspek: (a) organic, (b) neuro moscular, (c) perceptual, (d) social dan (e) emosional (Depdiknas : 2003b).
Kesegaran jasmani merupakan aspek yang sangat penting dari kesegaran tubuh secara keseluruhannya yang memberikan kesanggupan pada seseorang untuk menjalani hidup yang produktif serta dapat menyesuaikan diri setiap beban fisik yang layak, (Sutarman, 1975). Dari uraian di atas dapatlah kita simpulkan bahwa Pendidikan Jasmani ini adalah untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan kemampuan gerak, menanamkan nilai, sikap dan membiasakan hidup sehat dikalangan siswa.
Program pendidikan jasmani seharusnya memberikan kesempatan bagi semua siswa untuk meningkatkan dan mempertahankan kesegaran jasmani mereka, sepadan dengan kebutuhan mereka yang selalu disibukkan dengan pelajaran tatap muka di kelas selama lebih kurang 8 - 10 jam sehari. Dengan demikian perlu adanya penyegaran dengan jalan berolahraga agar tingkat kesegaran jasmani tetap terjaga. Kesegaran jasmani merupakan faktor penentu dalam segala aspek kehidupan manusia. Kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang mengerjakan satu seri kelompok otot-otot dalam waktu yang lama untuk membebani sistim peredaran darah dan pernafasan tanpa menyebabkan ia berhenti bekerja (Bafirman 1994). Seorang siswa yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang tinggi atau tingkat kondisi tubuh yang prima akan dapat melakukan aktifitas belajar dengan baik dalam waktu yang cukup lama, tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
B. Rumusan Masalah
Latar belakang diatas, penulis bertolak ingin merumuskan masalah sebagai berikut:
Meningkatkan kesegaran jasmani siswa dengan permainan kecil
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pendidikan Olahraga
Di sekolah-sekolah berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan dalam masa PPL, dimana keinginan siswa untuk berolahraga masih dirasakan sangat kurang tidak seperti yang diharapkan terutama bagi siswa perempuan. Kendalanya pada praktek di lapangan, dimana kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran, disamping itu guru lebih menekankan pada aspek keterampilan cabang olahraga dari pada nilai-nilai yang terdapat dalam olahraga tersebut seperti yang tercantum pada tujuan pembelajaran. Hal tersebut di atas mengakibatkan guru lebih cendrung melatih dari pada mengajar, sehingga proses pembelajaran Pendidikan jasmani lebih menekankan kepada aspek psikomotor siswa dari pada aspek kognitif dan afektif. Karena lebih menekankan aspek keterampilan olahraga tertentu, yang aktif hanya siswa yang mempunyai ketrampilan saja, sedangkan siswa yang tidak senang berolahraga tidak aktif sama sekali.
Untuk itu perlu adanya pendekatan yang digunakan oleh seorang guru yang dapat menjembatani antara siswa yang mempunyai keterampilan olahraga dengan yang tidak mempunyai keterampilan olahraga. Salah satu alternatif pendekatan yang digunakan adalah dengan memakai metoda permainan seperti membentuk permainan kecil yang dirancang oleh guru untuk mengarahkan siswa lebih aktif bergerak dan menarik agar siswa itu berkeinginan dari dalam dirinya untuk mengikuti olahraga dengan merasa senang tanpa merasa terpaksa oleh gurunya. Pendekatan metoda permainan kecil adalah suatu proses pembelajaran dimana dalam mengajarkan teknik cabang olahraga melalui bentuk permainan kecil tanpa mengabaikan materi inti Pelajaran. Disini peran guru dalam memberikan motivasi dan metode mengajar sangat dituntut agar diharapkan siswa mempunyai keinginan yang tinggi terhadap pentingnya olahraga itu. Kegiatan olahraga ini jangan hanya terbatas dalam waktu 2 x 45 saja, akan tetapi perlu adanya olahraga tambahan di luar jam tatap muka seperti kegiatan ekstrakurikuler olahraga. Dalam pengajaran reflektif seorang guru dikatakan berhasil apabila ia dapat mencapai kepuasan, professional, dan ia vsecara efektf dengan lingkungan pengajaran khusus. Seorang guru yang reflektif harus mampu memanfaatkan lingkungan yang ada secara optimal sehingga dapat menumbuhkan situasi dan kondisi yang merangsang anak untuk senang belajar olahraga.
B. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pengertian Pendidikan jasmani banyak sekali variasi yang dikemukakan oleh pakar antara satu dengan lainnya. Setiap penulis cendrung memberikan definisi pendidikan jasmani menurut pandangannya masing-masing. Pendapat Cholik, M (1997) mengatakan bahwa proses pendidikan jasmani yang melibatkan interaksi antara peserta (anak didik) dengan lingkungannya yang dikelola melalui aktifitas jasmani secara sistimatik menuju pembentukan manusia seutuhnya.
Kemudian dari pada itu Pendidikan Jasmani dapat juga kita artikan suatu pendidikan yang mempergunakan fisik atau tubuh sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, atau suatu pendidikan melalui aktivitas-aktivitas jasmani. Atau juga Pendidikan Jasmani adalah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah untuk menuju kebulatan kepribadian manusia dengan cita-cita kemanusiaan. Dari definisi di atas maka dapat dirumuskan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktifitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental, sosial, dan emosional yang serasi selaras dan seimbang.
Pada usia sekolah anak diharapkan bergerak dengan aktifitas fisik yang teratur. Rangsangan sensoris pada usia dini penting untuk mengembangkan kemampuan, kemampuan menganalisis dan bahkan menjadi faktor perantara yang memungkinkan tercapainya proses belajar yang cepat pada tahap dewasa.
C. Hakikat Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani merupakan aspek yang sangat penting dari kesegaran jasmani secara keseluruhannya, yang nantinya akan memberikan kesanggupan pada seseorang untuk menjalani hidup yang produktif serta dapat menyesuaikan diri setiap beban fisik yang layak, (Sutarman, 1975). Kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari – hari dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk keperluan yang mendadak. Dapat pula ditambahkan, kesegaran jasmani merupakan kemampuan untuk menunaikan tugas-tugas dengan baik walaupun dalam kedaaan sukar, dimana orang yang kesegaran jasmaninya kurang, tidak akan dapat melakukanya (Sumosardjono, 1992). Jadi dengan demikian dapat dikemukakan bahwa ada komponen-komponen yang dapat mempengaruhi kesegaran jasmani, yaitu : (a) kondisi fisik setelah melakukan tugas-tugas yang diberikan tetap baik; (b) kemampuan atau kapasitas seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas sehari-hari; (c) Kemampuan untuk mengatasi situasi dalam keadaan sukar.
Tingkat kesegaran jasmani sangat penting dan sesuai dengan kebutuhan siswa yang selalu dihadapkan dengan kegiatan jadwal pelajaran yang padat, karena bila kesegaran jasmani meningkat akan dapat memberikan hal yang berarti terhadap ketahanan jasmaniah. Seseorang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang tinggi akan memiliki kekuatan dan ketahanan untuk melakukan aktifitas kehidupan tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
Selanjutnya seseorang yang mempunyai dasar kesegaran jasmani yang baik, dan perkembangan badan yang kuat melalui aktifitas jasmani, akan lebih memiliki pandangan keingintahuan sebab mempunyai semangat hidup yang lebih besar dan tingkat tenaganya yang tinggi. Tenaga tersebut diperlukan untuk menyelesaikan tugasnya dan kegiatan rutin” (Adisasmita, 1989). Dari penjelasannya dapat dikemukakan bahwa kesegaran jasmani merupakan factor penentu dalam segala aspek kehidupan. Seorang yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang tinggi atau tingkat kondisi tubuh yang prima akan dapat melakukan aktivitas yang lama dengan beban yang cukup, tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Dengan meningkatnya kesegaran jasmani siswa, dia akan mempunyai daya tahan tubuh terhadap berbagai macam penyakit yang akan mengganggu aktivitas belajarnya. Kekebalan terhadap penyakit merupakan faktor yang sangat penting. Seorang siswa yang dikatakan dalam kondisi baik (fit) kesegaran jasmaninya, berarti kekebalan tubuhnya terhadap serangan penyakit keturunan maupun penyakit yang datangnya dari lingkungan semakin membaik.
Kesegaran jasmani dapat dikelompokkan sebagai berikut : a) Kekebalan terhadap serangan penyakit; (b) Kekuatan dan ketahanan otot; (c) Ketahanan cardiorespiratory; (d) Daya otot (muscular power); (e) Fleksibelitas; (f) Kecepatan; (g) Kelincahan; (h) Koor-Dinasi; (i) Keseimbangan; (j) Ketepatan” (Ahady dan Heiri 1982).
D. Hakikat Permainan Kecil Dalam Berolahraga
Pendekatan permainan adalah suatu proses penyampaian pengajaran dalam bentuk bermain tanpa mengabaikan materi inti. Permainan yang dimaksukan disini adalah permainan kecil yang materinya disesuaikan dengan standar kompetensi dalam kurikulum. Permainan kecil ini dapat digunakan untuk mengajar Atletik, senam dan cabang olahraga lainnya yang ada hubunganya dengan pendidikan jasmani. Menurut Cholik, M (1997) Pelajaran pendidikan jasmani di sekolah bukan mengejar prestasi (aspek skill) tetapi menyalurkan dorongan-dorongan untuk aktif bermain.
Pendidikan jasmani untuk anak harus lebih menekankan kepada aspek permainan dari pada teknik cabang olahraganya karena bermain adalah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia pada umumnya dan siswa khususnya. Jadi dengan demikian permainan dikonsentrasikan pada pendekatan memahami masalah yang didasarkan atas domein kognitif, dirancang oleh guru untuk mengarahkan siswa memahami kegiatan dan tujuan ketrampilan dalam kegiatan tersebut. Pendekatan ini memungkinkan guru untuk membantu kelompok kecil atau individu yang tekniknya masih kurang. Dengan menyeimbangkan penekanan pada domein kognitif, afektif dan psikomotor dalam kegiatan fisik berupa bermain, diharapkan dapat menarik keinginan siswa bila mereka dibantu dan dorong oleh gurunya.
Bermain merupakan aktifitas yang dapat membentuk kepribadian dan penemuan diri bagi siswa. Penekanan dalam bermain akan menjadikan mata pelajaran Pendidikan Jasmani sesuatu yang sangat menyenangkan dan sangat menarik dan selalu ditunggu-tunggu oleh siswa.
Dengan pendekatan permainan kecil untuk mencapai tujuan pelajaran akan mempunyai dampak dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :
a. Menempatkan permainan kecil menjadi fokus dari mata pelajaran Pendidikan jasmani yang dapat meningkatkan kegembiraan dan kepuasan pada diri siswa dalam melakukan gerakan-gerakan untuk bermain, dalam rangka mencapai unsur kesegaran jasmani.
b. Memungkinkan siswa yang kurang terampil berolahraga dan kurang menyenangi olahraga akan menyenangi kegiatan jasmani atau olahraga seperti kawan-kawan lain yang secara jasmaniah berbakat dalam olahraga.
c. Mendorong siswa untuk belajar mengambil keputusan mereka sendiri dalam waktu yang sangat singkat.
d. Keterampilan olahraga tidak mutlak harus dimiliki oleh siswa laki-laki saja tetapi siswa perempuan harus mampu untuk melakukannya.
Jadi dengan demikian dari berapa pendapat para pakar di atas maka dapat kita hubungkan dengan kenyataan yang ada,maka gerakan bermain siswa akan menemukan dirinya sendiri sebagai suatu kesatuan yang lahir tersendiri dengan ciri-ciri tubuh dan kapasitas dirinya sendiri. Konsep yang timbul tentang dirinya adalah mempertinggi ego seperti perhatian terhadap ketangkasan dan akal dan pikirannya. Untuk dapat meningkatkan kesegaran jasmani siswa tanpa mengabaikan kurikulum yang ada, di bawah ini disajikan permainan kecil yang mengarah pada pencapaian kurikulum dan juga untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa.
Contoh permainan kecil untuk pemanasan dengan materi pelajaran Atletik (lari sprint) dan mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana. Maka dengan adanya unsur permainan kecil yang dimunculkan dalam setiap pertemuan dengan siswa dalam proses belajar mengajar baik itu untuk pemanasan maupun pelajaran inti atau kegiatan akhir, maka kita sebagai seorang guru
Penjasorkes dapat membantu siswa untuk mencapai salah satu unsur kegembiraan. Dalam permaianan kecil unsure kegembiraan sangat diutamakan sekali.
Kegembiraan yang dimaksud disini dalam arti yang paling disenangi anak dalam bermain adalah kegembiraan dan menikmati setiap gerakan yang dilakukan. Anak berlari, melompat dan berputar sambil menjerit dengan gembira sebagai ungkapan rasa riang dalam hidupnya sehingga mereka dapat melupakan sejenak kegiatan rutinitasnya sehari-hari yang selalu disibukkan dengan berbagai macam persoalan yang ada dalam kehidupannya, seperti sebagai seorang siswa selalu menghadapi pelajaran yang sangat berat di sekolah sedangkan di rumah dihadapkan dengan setumpuk pekerjaan rumah yang harus diselesaikannya dan juga membantu orang tuanya dirumah. Dengan adanya unsur kegembiraannya tadi anak dalam berolahraga tanpa disadarinya dia telah melakukan gerakangerakan yang sulit, dapat mengatasi permasalahan dengan cepat, dan dapat bertindak dalam seketika. Jadi dengan demikian apa yang diinginkan seperti kesegaran jasmani yang baik akan tercapai.
Dalam meningkatkan kesegaran jasmani siswa, guru olahraga banyak yang belum dapat memecahkan persoalan yang sering dihadapinya di lapangan. Untuk memecahkan permasalahan yang selalu timbul dari kegiatan olahraga di sekolah adalah dimana seorang guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus memiliki kemampuan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang dapat menarik dan mampu merangsang siswa untuk senang mengikuti pelajaran olahraga. Seorang guru Pendidikan Jasmani harus banyak mempunyai variasi atau cara mengajar apakah itu bermain membentuk kelompok-kelompok kecil atau perindividu siswa, dan mempunyai bermacam-macam permainan kecil yang mengarah ke standar kompetensi yang terdapat dalam kurikulum, sehingga membuat siswa itu senang mengikuti olahraga dan bermain.
Dalam pelajaran pendidikan jasmani dapat terlihat siswa ini banyak yang kurang melakukan kegiatan, ini disebabkan karena metoda yang dipakai oleh guru kurang menarik dan kurangnya pendekatan yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran. Pembelajaran terlihat sangat kaku dimana siswa lebih banyak menunggu giliran untuk melakukan kegiatan, sehingga waktu yang digunakan lebih banyak untuk menunggu giliran dari pada melakukan kegiatan. Kegiatan ini menyebabkan siswa lebih banyak diam dari pada bergerak, hal ini sangat bertentangan dengan karakteristik Pendidikan Jasmani dan olahraga. Disamping metoda pengajaran yang kurang menarik juga dibarengi dengan peralatan yang dipakai masih kurang kalau dibandingkan dengan jumlah siswa yang melakukan kegiatan olahraga.
Pengajaran yang baik dalam pendidikan jsamani dalam kenyataanya lebih dari mengembangkan keterampilan olahraga. Pengajaran yang baik tersebut melibatkan aspek-aspek yang berhubungan dengan apa yang sebenarnya dipelajari oleh siswa melalui partisipasinya, bukan aktivitas atau olahraga yang mana dapat mereka lakukan. Agar program Pendidikan jasmani berhasildengan baik maka perlu dikaitkan dengan program-program kegiatan lainnya.
Mengingat makna penting tersebut, aktifitas jasmani harus diartikan sebagai kegiatan peserta didik untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup kognitif, afektif, sosial. Melalui kegiatan Pendidikan Jasmani di sekolah diharpkan anak didik menjadi tumbuh dan berkembang sehar dan segar jasmaninya, serta perkembangan pribadinya secara harmonis. Dalam hubungannya dengan prestasi olahraga pendidikan jasmani berupaya membentuk keterampilan gerak dasar yang bermanfaat dalam usaha pembibitan olahragawan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa dengan pendekatan melaui permainan kecil ini akan dapat mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di tingkat sekolah akan menjadi lebih menyenangkan dan menimbulkan unsur-unsur kegembiraan, sehingga tingkat partisipasinya lebih meningkat dibandingkan pola-pola pembelajaran tradisionil. Model pembelajaran diusahakan dalam bentuk permainan (permainan kecil), meskipun atletik cendrung bukan permainan. Apabila dikaitkan dengan kajian teoritik, pemberian beban keterampilan gerak dengan memperhatikan tingkat perkembangan anak berpengaruh positif terhadap perkembangan selanjutnya.
Jika anak diberikan bentuk kegiatan yang semestinya dilakukan orang dewasa, mereka akan frustasi bahkan lari dari kegiatan. Sebaliknya bila bentuk kegiatan tersebut memang cocok untuk usia mereka, mereka akan senang dan gembira. Dan jika mereka senang dan gembira dalam beraktifitas, sudah barang tentu partisipasi mereka akan meningkat dalam proses pembelajaran. Dalam model pembelajaran ini guru dituntut aktif dan kreatif dalam pembelajaran anak. Kreatifitas diperlukan dalam mempersiapkan pelajaran maupun saat dilapangan. Karena tidak menutup kemungkinan saat dilapangan guru harus melakukan improvisasi ketika irama pembelajaran mandeg. Guru tidak hanya tergantung pada peralatan/perlengkapan yang dimiliki sekolah, melinkan harus kreatif menciptakan alat-alat pembelajaran sederhana.
DAFTAR PUSTAKA
Bafirman . (1989) . Pembinaan Kesegaran Jasmani : FPOK IKIP Padang.
Cholik, M. (1977). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta, Proyek Pengembangan Guru Sekolah Dasar
Depdiknas, 2003b. Kurikulum (2004) Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SMP dan MTs. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional. Sutarman. (1975). Pengertian Kesegaran Jasmani dan Tes Kardiorespirasi, Jakarta : Koni
Yusuf, Adisasmita. (1989). Hakikat, Filsafat dan Peranan Pendidikan Jasmani Dalam Masyarakat. Jakarta : Depdikbud.
EKSISTENSI MANUSIA DALAM ILMU PENDIDIKAN
Jika Seni merupakan perwujudan nilai-nilai yang berkaitan dengan jiwa , maka ilmu lebih bergelut dengan fakta-fakta dan berurusan dengan akal yang mengarahkan dan membelokkan jiwa kepada hakikat benda. Ciri khas ilmu pengetahuan adalah mencari hubungan gejala-gejala yang faktawi. Ia tidak puas menyatakan benar sesuatu itu apa; begini dan begitu. Ia ingin tahu apa sebab¬nya sesuatu itu ada. Pengetahuan ilmiah mencoba menginte¬grasikan yang terpotong-potong dalam pengetahuan pra ilmiah pada kesatuan. Dalam mencapai pengertian ilmu pengetahuan maju secara sistematis. Ia tidak bersifat menunggu saja seolah-olah pada waktunya dan dalam situasi tertentu terang pengetahuan akan menyingsing dengan sendirinya.
Ilmu penge¬tahuan harus mengusahakan pengertian melalui penyelidikan. Ilmuwan tidak akan menerima sesuatu apapun sebagai fakta dan kebenaran kalau sebabnya atau sumbernya tidak diketahui dan dipertanggungjawabkan. Dengan demikian bahaya kekeliruan atau ketidakbenaran dapat agak dikurangi. Ilmuwan bersikap kritis. Sekalipun demikian ia tidak kebal terhadap kekeli¬ruan dan kesesatan. Hanya dapat dikatakan bahwa pengetahuan¬nya jauh lebih kokoh dan lebih dapat diandalkan.
Ketidaktahuan manusia untuk sebagian besar dilengkapi oleh ilmu pengetahuan. Namun, ilmu pengetahuan masih juga mempunyai kekurangan dan keterbatasan, dan karena itu tidak juga memuaskan. Cara ilmu berkiprah metodiknya tidak memungkinkan untuk meneropongi serentak seluruh realitas dalam totalitas¬nya.
Walaupun ilmu pengetahuan mencari pengertian dengan menerobos realitas sendiri, pengertian ini hanya dicari pada tataran empiris dan eksperimental. Maksudnya, ilmu pengeta¬huan membatasi kegiatannya hanya pada fenomen-fenomen yang - entah langsung atau tidak - dapat dicerap oleh indera. Tambahan pula, ilmu pengetahuan hanya meneliti dan mempela¬jari salah satu sektor tertentu dari seluruh realitas. Cara kerjanya (terpaksa) fragmentaris atau terbagi-bagi. Fragmen¬tarisme ini mudah menyebabkan bahwa orang tidak lagi melihat keseluruhan atau totalitas, dan perkaitan antara dia dengan realitas. Muncul bahaya sikap berat sebelah Orang hanya tahu lorongnya sendiri.
Dunianya kecil sekali. Padahal tiap-tiap orang sebetulnya menginginkan dan menghasratkan di dalam hatinya kesatuan dan sintesa. Dengan kata lain ilmu pengetahuan tidak menerobos sampai ke inti obyeknya yang sama sekali tersembunyi dari observasi. Ia tidak menjawab perihal kausalitas yang paling dalam. Jika kita mempelajari ilmu, akan masih tertinggal beraneka ragam pertanyaan yang bersifat mendasar, namun tidak termasuk ke dalam tataran empiris dan eksperimental. Kita “tahu” atau sekurang-kurang¬nya merasakan adanya lapisan lebih dalam yang dapat digali. Kita belum mencapai pengertian fundamental.
Adakalanya kita mendengar orang mengatakan bahwa cara bernalar dan mencari fakta oleh ilmu pengetahuan lebih banyak bersifat sentrifugal, artinya menjauh dari manusia itu sendiri beserta persoalan-persoalan pribadinya, daripada sentripetal, artinya memusat atau mendekati manusia konkret atau “sang aku”. Persoalan-persoalan ilmu pengetahuan terla¬lu umum dan tidak mengena pada diri pribadi orang, dan karena itu tidak mempunyai cukup kedalaman. Orang individual tidak dihampirinya sebagai seorang “aku” melainkan sebagai “dia” atau “manusia” saja Karl Jasper menyebutkan bahwa iIlmu pengetahuan adalah pengetahuan fakta dan bukan pengetahuan realitas yang asli, yang menghasilkan suatu ikhtisar dan pandangan yang menyeluruh dan meliputi keseluruhan realitas pada dirinya. Padahal keseluruhan itu menjadi ruang hayat manusia.
Ilmu tidak menyediakan cita-cita yang menggiurkan hati, tidak memberikan kaidah-kaidah mutlak dan bersifat mengikat demi tercapainya tujuan kehidupan yang ingin dica¬pai seseorang oleh dirinyanya pribadi, dan akhirnya mungkin menjauhkan dirinya dari masalah makna segala-galanya, yang justru lebih dipentingkan orang. Sebab, setiap kali manusia belajar atau menemukan sesuatu, ia ingin mencari lebih jauh lagi dan bertanya-tanya terus sampai saat ia mendapatkan jawaban mengenai “sebab terakhir”, yang menyingkapkan adanya semua yang ada dan sekaligus menampakkan bobot sebenarnya dari semua yang ada.
Pendidikan bagi manusia dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, mengenai apapun bentuk isi, tingkatan status dan metoda apa yang digunakan dalam proses pendidikan tersebut, baik formal maupun non-formal, baik dalam rangka kelanjutan pendidikan di sekolah maupun sebagai pengganti pendidikan di sekolah, di tempat kursus, pelatihan kerja maupun di perguruan tinggi, yang membuat manusia mampu mengembangkan kemampuan, keterampilan, memperkaya khasanah pengetahuan, meningkatkan kualifikasi keteknisannya atau keprofesionalannya dalam upaya mewujudkan kemampuan ganda yakni di suatu sisi mampu mengembangankan pribadi secara utuh dan dapat mewujudkan keikutsertaannya dalam perkembangan sosial budaya, ekonomi, dan teknologi secara bebas, seimbang, dan berkesinambungan.
Dalam hal ini, terlihat adanya tekanan rangkap bagi perwujudan yang ingin dikembangkan dalam aktivitas kegiatan di lapangan. Pertama untuk mewujudkan pencapaian perkembangan setiap individu, dan kedua untuk mewujudkan peningkatan keterlibatannya (partisipasinya) dalam aktivitas sosial dari setiap individu yang bersangkutan. Tambahan pula, bahwa pendidikan seorang manusia mencakup segala aspek pengalaman belajar yang diperlukan oleh manusia, baik pria maupun wanita, sesuai dengan bidang keahlian dan kemampuannya masing-masing.
Dengan demikian hal itu dapat berdampak positif terhadap keberhasilan pembelajaran seorang manusia yang tampak pada adanya perubahan perilaku ke arah pemenuhan pencapaian kemampuan/keterampilan yang memadai. Di sini, setiap individu yang berhadapan dengan individu lain akan dapat belajar bersama dengan penuh keyakinan. Perubahan perilaku dalam hal kerjasama dalam berbagai kegiatan, merupakan hasil dari adanya perubahan setelah adanya proses belajar, yakni proses perubahan sikap yang tadinya tidak percaya diri menjadi perubahan kepercayaan diri secara penuh dengan menambah pengetahuan atau keterampilannya. Perubahan perilaku terjadi karena adanya perubahan (penambahan) pengetahuan atau keterampilan serta adanya perubahan sikap mental yang sangat jelas, dalam hal pendidikan seorang manusia tidak cukup hanya dengan memberi tambahan pengetahuan, tetapi harus dibekali juga dengan rasa percaya yang kuat dalam pribadinya. Pertambahan pengetahuan saja tanpa kepercayaan diri yang kuat, niscaya mampu melahirkan perubahan ke arah positif berupa adanya pembaharuan baik fisik maupun mental secara nyata, menyeluruh dan berkesinambungan. Perubahan perilaku bagi seorang manusia terjadi melalui adanya proses pendidikan yang berkaitan dengan perkembangan dirinya sebagai individu, dan dalam hal ini, sangat memungkinkan adanya partisipasi dalam kehidupan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan diri sendiri, maupun kesejahteraan bagi orang lain, disebabkan produktivitas yang lebih meningkat. Bagi seorang manusia pemenuhan kebutuhannya sangat mendasar, sehingga setelah kebutuhan itu terpenuhi ia dapat beralih ke arah usaha pemenuhan kebutuhan lain yang lebih masih diperlukannya sebagai penyempurnaan hidupnya.
Ilmu penge¬tahuan harus mengusahakan pengertian melalui penyelidikan. Ilmuwan tidak akan menerima sesuatu apapun sebagai fakta dan kebenaran kalau sebabnya atau sumbernya tidak diketahui dan dipertanggungjawabkan. Dengan demikian bahaya kekeliruan atau ketidakbenaran dapat agak dikurangi. Ilmuwan bersikap kritis. Sekalipun demikian ia tidak kebal terhadap kekeli¬ruan dan kesesatan. Hanya dapat dikatakan bahwa pengetahuan¬nya jauh lebih kokoh dan lebih dapat diandalkan.
Ketidaktahuan manusia untuk sebagian besar dilengkapi oleh ilmu pengetahuan. Namun, ilmu pengetahuan masih juga mempunyai kekurangan dan keterbatasan, dan karena itu tidak juga memuaskan. Cara ilmu berkiprah metodiknya tidak memungkinkan untuk meneropongi serentak seluruh realitas dalam totalitas¬nya.
Walaupun ilmu pengetahuan mencari pengertian dengan menerobos realitas sendiri, pengertian ini hanya dicari pada tataran empiris dan eksperimental. Maksudnya, ilmu pengeta¬huan membatasi kegiatannya hanya pada fenomen-fenomen yang - entah langsung atau tidak - dapat dicerap oleh indera. Tambahan pula, ilmu pengetahuan hanya meneliti dan mempela¬jari salah satu sektor tertentu dari seluruh realitas. Cara kerjanya (terpaksa) fragmentaris atau terbagi-bagi. Fragmen¬tarisme ini mudah menyebabkan bahwa orang tidak lagi melihat keseluruhan atau totalitas, dan perkaitan antara dia dengan realitas. Muncul bahaya sikap berat sebelah Orang hanya tahu lorongnya sendiri.
Dunianya kecil sekali. Padahal tiap-tiap orang sebetulnya menginginkan dan menghasratkan di dalam hatinya kesatuan dan sintesa. Dengan kata lain ilmu pengetahuan tidak menerobos sampai ke inti obyeknya yang sama sekali tersembunyi dari observasi. Ia tidak menjawab perihal kausalitas yang paling dalam. Jika kita mempelajari ilmu, akan masih tertinggal beraneka ragam pertanyaan yang bersifat mendasar, namun tidak termasuk ke dalam tataran empiris dan eksperimental. Kita “tahu” atau sekurang-kurang¬nya merasakan adanya lapisan lebih dalam yang dapat digali. Kita belum mencapai pengertian fundamental.
Adakalanya kita mendengar orang mengatakan bahwa cara bernalar dan mencari fakta oleh ilmu pengetahuan lebih banyak bersifat sentrifugal, artinya menjauh dari manusia itu sendiri beserta persoalan-persoalan pribadinya, daripada sentripetal, artinya memusat atau mendekati manusia konkret atau “sang aku”. Persoalan-persoalan ilmu pengetahuan terla¬lu umum dan tidak mengena pada diri pribadi orang, dan karena itu tidak mempunyai cukup kedalaman. Orang individual tidak dihampirinya sebagai seorang “aku” melainkan sebagai “dia” atau “manusia” saja Karl Jasper menyebutkan bahwa iIlmu pengetahuan adalah pengetahuan fakta dan bukan pengetahuan realitas yang asli, yang menghasilkan suatu ikhtisar dan pandangan yang menyeluruh dan meliputi keseluruhan realitas pada dirinya. Padahal keseluruhan itu menjadi ruang hayat manusia.
Ilmu tidak menyediakan cita-cita yang menggiurkan hati, tidak memberikan kaidah-kaidah mutlak dan bersifat mengikat demi tercapainya tujuan kehidupan yang ingin dica¬pai seseorang oleh dirinyanya pribadi, dan akhirnya mungkin menjauhkan dirinya dari masalah makna segala-galanya, yang justru lebih dipentingkan orang. Sebab, setiap kali manusia belajar atau menemukan sesuatu, ia ingin mencari lebih jauh lagi dan bertanya-tanya terus sampai saat ia mendapatkan jawaban mengenai “sebab terakhir”, yang menyingkapkan adanya semua yang ada dan sekaligus menampakkan bobot sebenarnya dari semua yang ada.
Pendidikan bagi manusia dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, mengenai apapun bentuk isi, tingkatan status dan metoda apa yang digunakan dalam proses pendidikan tersebut, baik formal maupun non-formal, baik dalam rangka kelanjutan pendidikan di sekolah maupun sebagai pengganti pendidikan di sekolah, di tempat kursus, pelatihan kerja maupun di perguruan tinggi, yang membuat manusia mampu mengembangkan kemampuan, keterampilan, memperkaya khasanah pengetahuan, meningkatkan kualifikasi keteknisannya atau keprofesionalannya dalam upaya mewujudkan kemampuan ganda yakni di suatu sisi mampu mengembangankan pribadi secara utuh dan dapat mewujudkan keikutsertaannya dalam perkembangan sosial budaya, ekonomi, dan teknologi secara bebas, seimbang, dan berkesinambungan.
Dalam hal ini, terlihat adanya tekanan rangkap bagi perwujudan yang ingin dikembangkan dalam aktivitas kegiatan di lapangan. Pertama untuk mewujudkan pencapaian perkembangan setiap individu, dan kedua untuk mewujudkan peningkatan keterlibatannya (partisipasinya) dalam aktivitas sosial dari setiap individu yang bersangkutan. Tambahan pula, bahwa pendidikan seorang manusia mencakup segala aspek pengalaman belajar yang diperlukan oleh manusia, baik pria maupun wanita, sesuai dengan bidang keahlian dan kemampuannya masing-masing.
Dengan demikian hal itu dapat berdampak positif terhadap keberhasilan pembelajaran seorang manusia yang tampak pada adanya perubahan perilaku ke arah pemenuhan pencapaian kemampuan/keterampilan yang memadai. Di sini, setiap individu yang berhadapan dengan individu lain akan dapat belajar bersama dengan penuh keyakinan. Perubahan perilaku dalam hal kerjasama dalam berbagai kegiatan, merupakan hasil dari adanya perubahan setelah adanya proses belajar, yakni proses perubahan sikap yang tadinya tidak percaya diri menjadi perubahan kepercayaan diri secara penuh dengan menambah pengetahuan atau keterampilannya. Perubahan perilaku terjadi karena adanya perubahan (penambahan) pengetahuan atau keterampilan serta adanya perubahan sikap mental yang sangat jelas, dalam hal pendidikan seorang manusia tidak cukup hanya dengan memberi tambahan pengetahuan, tetapi harus dibekali juga dengan rasa percaya yang kuat dalam pribadinya. Pertambahan pengetahuan saja tanpa kepercayaan diri yang kuat, niscaya mampu melahirkan perubahan ke arah positif berupa adanya pembaharuan baik fisik maupun mental secara nyata, menyeluruh dan berkesinambungan. Perubahan perilaku bagi seorang manusia terjadi melalui adanya proses pendidikan yang berkaitan dengan perkembangan dirinya sebagai individu, dan dalam hal ini, sangat memungkinkan adanya partisipasi dalam kehidupan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan diri sendiri, maupun kesejahteraan bagi orang lain, disebabkan produktivitas yang lebih meningkat. Bagi seorang manusia pemenuhan kebutuhannya sangat mendasar, sehingga setelah kebutuhan itu terpenuhi ia dapat beralih ke arah usaha pemenuhan kebutuhan lain yang lebih masih diperlukannya sebagai penyempurnaan hidupnya.
Senin, 28 Juni 2010
ILMU TERAPAN PENDIDIKAN
kadangkala kita tidak perbah sadar apa yang kita cari, apa yang kita butuhkan,,,
kita sekolah semata-mata hanya ingin mendapatkan kesuksesan semata,,,
kita belajar,,menghafal semua pelajaran,,tapi kita tidak pernah tau yang kita belajar yang kita hafal,,apakah akan membawa kita kepada tujuan hidup kita,,,
sedikit pelajaran penting dari saya:
“Jangan belajar untuk mencari kesuksesan semata, tapi belajarlah untuk membesarkan jiwa mu untuk bisa membanggakan orang tua mu dan tau tujuan hidup mu kedepan”
“Jangan pernah mengejar kesuksesan, tapi kejarlah kesempurnaan, maka kesuksesan akan mendatangi mu”
“untuk apa kita menghafal dalam belajar, kalau kita tidak pernah memahami materi yang kita hafal, tapi nikmati lah betapa indah nya ilmu pengetahuan maka semua dengan sendirinya materi ilmu itu akan terhafal”
“ tidak ada gunanya menjadi orang sukses, tapi jadilah orang yang berjiwa besar. Maka kesuksesan akan mendatangi mu”
kita sekolah semata-mata hanya ingin mendapatkan kesuksesan semata,,,
kita belajar,,menghafal semua pelajaran,,tapi kita tidak pernah tau yang kita belajar yang kita hafal,,apakah akan membawa kita kepada tujuan hidup kita,,,
sedikit pelajaran penting dari saya:
“Jangan belajar untuk mencari kesuksesan semata, tapi belajarlah untuk membesarkan jiwa mu untuk bisa membanggakan orang tua mu dan tau tujuan hidup mu kedepan”
“Jangan pernah mengejar kesuksesan, tapi kejarlah kesempurnaan, maka kesuksesan akan mendatangi mu”
“untuk apa kita menghafal dalam belajar, kalau kita tidak pernah memahami materi yang kita hafal, tapi nikmati lah betapa indah nya ilmu pengetahuan maka semua dengan sendirinya materi ilmu itu akan terhafal”
“ tidak ada gunanya menjadi orang sukses, tapi jadilah orang yang berjiwa besar. Maka kesuksesan akan mendatangi mu”
Langganan:
Postingan (Atom)