Minggu, 27 Juni 2010

: Peranan Pendidikan Jasmani Dalam Upaya Pengembangan Disiplin Siswa SD Di-Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen

a. Latar Belakang

Sekolah merupakan sebuah lembaga dimana anak didik memperoleh pendidikan dan pelajaran yang diberikan oleh guru. Sekolah mempersiapkan anak didik memperoleh ilmu pengetahuan dan ketrampilan, agar mampu berdiri sendiri anak tidak dapat diabaiakan. Anak merupakan investasi dalam bidang tenaga kerja dan pewaris negara masa depan, sehingga pembinaan terhadap golongan ini perlu dimulai sedini mungkin..

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.

Yang dimaksud dengan aturan sekolah (school rule) tersebut, seperti aturan tentang standar berpakaian (standards of clothing), ketepatan waktu, perilaku sosial dan etika belajar/kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological maltreatment), sebagaimana diungkapkan oleh Irwin A. Hyman dan Pamela A. Snock dalam bukunya “Dangerous School” (1999). Menurut UU SISDIKN`AS, Bab I Pasal 1, mengatakan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”.

Akan tetapi pendapat tersebut belum membatasi pengertian pendidikan itu dengan pembatasan yang jelas/tegas. Kita lihat bagaimana mutlaknya sifat anak sekolah dasar usia 8 s/d 10 tahun dimana anak lebih suka bermain dalam kelompok sejenis, pria dengan pria, wanita dengan wanita. Sedangkan usia 10 s/d 12 tahun dimana anak lebih suka mengejek antara dua kelompok, kelompok pria melawan kelompok wanita, (pengalaman PPL di SD 56 Lamglumpang, Ulee Kareng banda Aceh). Disamping itu juga sifat-sifat dasar yang belum banyak mengenai situasi lingkungan, misalnya : taat pada peraturan di sekolah, masuk sekolah tepat pada waktunya, kerapian dalam berpakaian, tertip dalam segala suasana (tidak rebut pada waktu belajar, menggangu teman atau usil).

Sehingga dengan adanya sifat ini anak memperlihatkan sifat-sifat kepribadian yang tidak sesuai dengan aturan-aturan yang ada di sekolah, atau bias saja seorang anak belum mengenal “hak milik” dan belum belajar menghormati hak milik orang lain yang tidak boleh dilanggar, sampai melakukan pencurian. Ia memerlukan pendidikan supaya tidak melakukannya lagi, tanpa persetujuan yang bersangkutan.

Dengan demikian setiap anak harus memperoleh pendidikan. Pendidikan dapat diperolehnya di rumah, disekolah dan dimasyarakat, orang tua, lembaga pendidikan, perkumpulan-perkumpulan seperti pramuka dan agama.

Tujuan pendidikan anak meliputi banyak aspek dan sangat luas, anak dari keadaan ketergantungan mutlak memperoleh pendidikan sampai ia dapat berdiri sendiri. Beberapa tujuan pendidikan dapat dicapai melalui jangka pendek, tetapi ada juga yang dicapai dalam jangka panjang. Kita mendidik anak supaya anak mengalami masa anak yang bahagia, karena masa dewasa yang sukses adalah terbentuk atas dasar masa anak yang bahagia.

Anak harus di didik supaya hidup dengan cara-cara yang sehat dan bersih, supaya ia tetap akan memiliki kesehatan fisik yang optimal, anak harus memperoleh pendidikan supaya dapat mencapai perkembangan intelek yang maksimal. Anak harus menjalani proses pendidikan supaya kepribadiannya terbentuk dengan wajar, mencerminkan sifat-sifat kejujuran, kebenaran, rendah hati, ketabahan, tanggung jawab, dan sifat-sifat lainnya.

Pendidikan jasmani sebagai suatu fenomena sosial budaya telah terbentuk dan sedang berkembang dengan pesatnya sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan jasamani dibutuhkan setiap orang untuk berbagai tugas dan sasaran hidup. Pendidikan jasmani di sekolah merupakan salah satu bagian dari pendidikan keseluruhan, pendidikan jasmani membimbing perkembangan manusia kearah yang positif dalam aspek kognitif (wawasan berpikir), psiko motorik (ketrampilan), dan afektif (sikap).

Husdarta (2009 : 3) mengemukakan bahwa “Hakikat pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional”. Pendidikan jasmani dapat memberikan kesempatan kepada murid-murid untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan berolah raga yang dilakukan secara sistematis, serta membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.

Dalam kegiatan bermain dan berolah raga, anak dituntut untuk mematuhi peraturan yang berlaku terutama mematuhi aturan-aturan yang ditetapkan bersama dari cabang olahraga yang bersangkutan. Dengan mematuhi peraturan yang berlaku, terutama mematuhi aturan-aturan yang ditetapkan bersama dari cabang olahraga yang bersangkutan, dan dengan demikian berarti akan terbina rasa disiplin pada diri si anak yang melakukan aktivitas fisik.

Berdasarkan pengamatan penulis pada anak SD di Bireuen, khusus di seputaran kecamatan kota juang sering terdapat anak-anak sekolah baik itu anak SMU, SMP bahkan anak SD berada diluar pada jam belajar sedang berlangsung, seperti dikantin, arena permainan (play station), diruang sakit sekolah (UKS), bahkan dari rumah berangkat kesekolah tetapi tidak masuk kesekolah atau bolos.

Sebaiknya anak-anak yang membolos memang tidak mau kesekolah, dan mengisi waktu sekolah dengan kegiatan lain yang lebih menarik bagi mereka. Kadang-kadang terlihat bahwa anak menghubungkan ketakutannya dengan seorang guru atau seorang teman, mungkin juga dengan kegagalan ulangan.

Berdasarkan pengamatan tersebut maka sebaiknya harus adanya pembenahan prilaku anak-anak khususnya di mulai dari sekolah dasar (SD), agar mereka menjadi lebih disiplin dalam segala hal, karena dengan anak berdisiplin maka anak lebih mau mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku baik disekolah maupun dilingkungan masyarakat.

Adapun judul skripsi dalam penulisan ini adalah “ Peranan Pendidikan Jasmani Dalam Upaya Pengembangan Disiplin Siswa SD di-Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen “.

b. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat di buat suatu gambaran tentang permasalahan yang di hadapi. Agar tidak terlalu jauh dari permasalahan yang di hadapi dalam penelitian ini. Maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : kurang terbinanya disiplin pada siswa sekolah dasar sehingga perlu adanya pembenahan prilaku siswa tersebut, yang mana bahwa pendidikan jasmani memiliki peran dalam mengembangkan sikap disiplin siswa sekolah dasar, dan yang menjadi poko masalahnya adalah ”sejauh mana peran pendidikan jasmani dalam upaya penerapan disiplin siswa?.

c. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan penjelasan dari permasalahan yang di kemukakan di atas, yaitu :

1. Untuk mengetahui peranan pendidikan jasmani dalam upaya mengembangkan disiplin siswa sekolah dasar di Kecamatan Kota Juang.

d. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

1. Apabila terbukti bahwa pendidikan jasmani dapat mengembangkan disiplin dan berhasil dalam pembenahan prilaku siswa sekolah dasar, maka dapat menjadi bahan masukan untuk pengembangan disiplin siswa.

2. Dapat memberi bahan masukan dan pertimbangan yang bermanfaat bagi para pengembang dan penyempurnaan, serta penentu kebijaksanaan di lingkungan dinas pendidikan, dalam mengembangkan dan menyempurnakan system pendidikan di sekolah dasar di-kecamatan kota juang umumnya.

e. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana peran pendidikan jasmani dalam upaya pengembangan disiplin siswa ?

f. Landasan Teoritis

  1. Pengertian Pendidikan Jasmani

Amir (2006 : 1) mengemukakan bahwa “pendidikan jasmani adalah pendidikan yang menggunakan jasmani sebagai titik pangkal mendidik anak dan anak di pandang sebagai suatu kesatuan jiwa raga.

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktifitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan (Husdarta ,2009:18). Adapun konsep pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornament yang di tempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi pendidikan jasmani bagian yang penting dari pendidikan. Meskipun pendidikan jasmani menawarkan kepada anak untuk bergembira, tidak lah tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani diselengggarakan semata-mata agar anak-anak bergembira dan bersenang-senang. Bila demikian seolah-olah pendidikan jasmani hanya sebgai mata pelajaran “selingan”, tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik.

Sebenarnya pembelajaran pendidikan jasmani merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan umum.

  1. Konsep Pendidikan Jasmani

Amir (2006:5) mengemukakan bahwa “Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diselenggarakan sekolah, yaitu sebagai mata pelajaran pokok yang harus diikuti oleeh seluruh siswa.

Mata pelajaran pendidikan jasmani mempunyai kekhasan yang dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, yaitu digunakannya aktivitas gerak fisik sebgai sarana /media dalm mendidik siswa. Dominannya aktivitas gerak fisik jasmani ini bukan semata-mata untuk tujuan jangka pendek yaitu untuk mencapai gambaran siswa yang terlatih fisiknya saja. Aktivitas fisik ini dapat berupa kegiatan permainan yang dapat berbentuk pertandingan, perlombaan dan pelatihan, yang kesemuanya diorientasikan untuk mendidik siswa agar menjadi manusia seutuhnya.

Pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktifitas jasmani atau olahraga, yaitu mendidik anak (Husdarta, 2009:19). Adapun yang membedakan mata pelajaran pendidikan jasamani dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, dimana manusia yang bergerak secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik.

  1. Tujuan Pendidikan Jasmani

Apakah sebenarnya tujuan pendidikan jasmani ? menjawab pertnyaan yang demikian, banyak guru yang masih berbeda berpendapat.

Adapun menurut Husdarta (2009 : 9) secara sedrhana mengemukakan tujuan pendidkan jasmani yaitu ;

· Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan social.

· Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai ketrampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.

· Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugaqs sehari-hari secara efisien dan terkendali.

· Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.

· Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.

· Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.

Dalam sebuah blogger yang di kutip oleh Ahmesabe (2008:1) menjabarkan secara ideal tentang tujuan pendidikan jasmani yaitu :

· Perkembangan Pribadi

· Pertumbuhan fisik optimal

· Sehat fisik, mental, sosial, dan spiritual

· Kesegaran jasmani optimal

· Cerdas dan Kreatif dan inovatif

· Terampil dalam gerak dan memecahkan masalah

· Jujur, disiplin, percaya diri, dan tanggung jawab

· Hubungan Antar Pribadi dan Lingkungan

· Hormat pada sesama

· Luwes (mudah menyesuaikan diri)

· Komunikatif dalam ide (konsep) dan pemikiran

· Etika (sopan santun)

· Menghargai kondisi lingkungan

· Melestarikan lingkungan yang sehat dan harmonis

  1. Fungsi Pendidikan Jasmani

Fungsi pendidikan jasmani yang di kutip dari blogger tentang fungsi pendidikan jasmani menurut Annarino, Cowell, and Hazelton (1980:62-63) mengklasifikasikan ke dalam enam aspek, yaitu (1) organik; (2) neuromuskuler; (3) perseptual; (4) kognitif; (5) sosial; dan (6) emosi.

(A). Aspek Organik:

a. Menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan-landasan untuk pengembangan keterampilan.

b. Meningkatkan kekuatan otot, yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot.

(B). Aspek Neuromuskuler

a. Menjadikan keharmonisan antara fungsi sistem saraf dan otot untuk menghasilkan gerakan yang diinginkan.

b. Mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti: berjalan, melompat, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, berlari, bergulir, menarik

c. Mengembangkan keterampilan non-lokomotor, seperti mengayun, melenggok, meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, mengantung, membungkuk.

(C). Aspek perseptual

a. Mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan di antara isyarat yang ada dalam situasi yang dihadapi agar dapat melakukan kinerja yang lebih terampil.

b. Mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat/ruang, yaitu kemampuan mengenali objek-objek yang berada di depan, di belakang, di bawah, di sebelah kanan, atau di sebelah kiri dari dirinya.

c. Mengembangkan koordinasi gerak-visual, yaitu kemampuan mengkoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerak kasar yang melibatkan tangan, tubuh, dan/atau kaki.

(D). Aspek Kognitif

a. Mengembangkan kemampuan mengeksplorasi, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan, dan membuat keputusan-keputusan yang bernilai.

b. Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan etika.

c. Meningatkan pengetahuan bagaimana fungsi-fungsi tubuh dan hubungannya dengan aktivitas jasmani.

(E). Aspek sosial

a. Penyesuaian baik dirinya dan orang lain dengan menggabungkan dirinya ke dalam masyarakat dan lingkungannya.

b. Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam situasi kelompok

c. Mengembangkan kemampuan bertukar dan mengevaluasi ide dalam kelompok

(F). Aspek emosional

a. Mengembangkan respons yang sehat terhadap aktivitas jasmani melalui pemenuhan kebutuhan dasar.

b. Mengembangkan reaksi yang positif terhadap penonton dan partisipasi melalui keberhasilan atau kegagalan.

c. Melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat

d. Memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas Menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan.

  1. Manfaat Pendidikan Jasmani

Adapun manfaat pendidikan jasmani dari sebuah blogsport Aryati (2007:6) mengemukakan bahwa “Secara umum manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup sebagai berikut “ :

a. Memenuhi kebutuhan anak akan gerak.

b. Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya.

c. Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna.

d. Menyalurkan energi yang berlebihan.

e. Membentuk manusia seutuhnya.

  1. Hakikat Disiplin

Disiplin merupakan kata yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, biasanya menunjuk pada ketaatan atau kepatuhan seseorang teradap suatu aturan.

Dalam sebuah situs web tentang konsep disiplin Amatembun (1981:1) mengemukakan bahwa “disiplin merupakan suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang bergabung dalam suatu organisasi yang tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati”.

Dari pengertian di atas maka dapat dirumuskan, bahwa disiplin didalam kelas adalah suatu keadaan tertib dimana guru dan murid-murid yang tergabung dalam satu kelas tunduk kepada peraturan-peraturan (tata tertib) yang telah di tentukan dengan senag hati.

Bagaimanapun devinisi tentang disiplin atau ketertiban di kelas, setiap guru harus menyadari bahwa suasana yang tertib didalam kelas merupakan suatu prasyarat penting bagi proses mengajar dan belajar yang efektif.

Bagi siswa-siswi sekolah dasar latihan atau belajar itu merupakan suatu program keberhasilan yang apabila dilaksanakan secara sistematis dan terus-menerus akan menjadi suatu kebiasaan untuk bertingkah laku disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kebiasaan mentaati peraturan akan melahirkan suatu aspek-aspek kejiwaan mengenai tingkah laku dan tingkah sikap, yang senantiasa mentaati norma dan nilai yang berlaku baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Melalui disiplin ada dua hal yang sedang diterapkan pada anak-anak yaitu melakukan kebiasaan perbuatan baik dan menghindari perbuatan yang tidak baik. Dengan disiplin ini anak akan dilatih untuk selalu dapat mengoreksi diri sendiri, baik guru maupun murid merupakan aspek fundamental didalam menciptakan suasana disiplin.

a. Komponen-Komponen Disiplin

Yang dimaksud dengan komponen disiplin disini yaitu sifat-sifat atau ciri-ciri dominan yang menunjukkan anak itu berdisiplin. Menerut Amatembun (1981:4) ada enam (6) komponen disiplin yang dikemukakan disini yaitu : 1. Ketaatan pada peraturan, 2. Ketepatan waktu , 3. Konsekwen, 4. Teratur, 5. Ketekunan dan keuletan, 6. Kerapaian berpakaian..

Didalam penelitian ini hanya di batasi pada perkembangan disiplin hanya pada tingkah laku disiplin belajar pada bidang studi pendidikan jasmani saja, maka komponen-komponen disiplin yang dibutuhkan pada saat belajar pendidikan jasmani adalah sebagai berikut : 1. Taat pada peraturan ; 2. Tepat waktu ; 3. Ulet dan tekun ; 4. tertib dan teratur.

Dari uraian komponen-komponen disiplin amatembun menjelaskan bahwa :

1. Taat pada peraturan adalah : berpakaian seragam serta atribut, sopan, bersih dan rapi, bagi siswa laki-laki rambut harus pendek dan perempuan memperlihat agar dandanannya sederhana dan lain-lain.

2. Tepat waktu adalah : siswa hadir kesekolah tepat waktunya, siswa hendaklah memanfaatkan waktu istirahatnya, sesudah jam pelajaran siswa diperkenankan untuk pulang dan lain-lain.

3. Ulet dan tekun adalah : siswa berdoa bersama-sama sebelum dan sesudah pelajaran di mulai sesuai dengan kepercayaan masin-masing, siswa harus mengikuti pelajaran dengan seksama, dan lain-lain.

4. Tertib dan teratur adalah : siswa berbaris didepan kelas setelah lonceng berbunyi tanda pelajaran di mulai, menunggu guru mempersilahkan masuk kelas, dan lain-lain.

b. Cara Penerapan Disiplin Kelas

Didalam penerapan komponen-komponen disiplin siswa, diperlukan suatu pola pendekatan. Didalam praktek pendidikan jasmani terlebih dahulu harus diyakini bahwa pola pendekatan yang dipilih itu adalah tepat. Amatembun (1981) mengemukakan bahwa ada 3 pola didalam praktek mengajar yaitu :

1. Pendekatan (manajeral) adalah berisilkan konsep-konsep tentang kepemimpinan atau leadership.

2. Pendekatan psikologis Adalah cara pendekatan psikologis yang dapat menerapkan disiplin kepada anak.

3. Pendekatan system adlah merupakan gabungan dari pendekatan manejeral dan pendekatan psikologis. Dengan pendekan system, guru memandang problema disiplin sebagai suatu keseluruhan yang harus dutanggulangi secara bijaksana dengan mempergunakan tidak hanya pendekatan tunggal, guru menangani problema disiplin murid-murid.

c. Unsur-Unsur Disiplin

Unsur-unsur kedisiplinan meliputi tiga hal yaitu: 1) sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak, 2) pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku, norma, kriteria, dan standar yang sedemikan rupa, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan akan aturan. Norma, dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses), 3) sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib (Prijodarminto S 1994:23).

Disiplin itu lahir, dan berkembang dari sikap seseorang di dalam sistem nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat. Terdapat unsur pokok yang membentuk disiplin, pertama sikap yang telah ada pada diri manusia dan sistem nilai budaya yang ada di dalam masyarakat. Sikap atau attitude tadi merupakan unsur yang hidup di dalam jiwa manusia yang harus mampu bereaksi terhadap lingkungannya, dapat berupa tingkah laku atau pemikiran. Sedangkan sistem nilai budaya merupakan bagian dari budaya yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman dan penunutun bagi kelakuan manusia.

Perpaduan antara sikap dengan sistem nilai budaya yang menjadi pengarah dan pedoman tadi mewujudkan sikap mental berupa perbuatan atau tingkah laku. Unsur tersebut membentuk suatu pola kepribadian yang menunjukkan perilaku disiplin atau tidak disiplin.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin

Kedisiplinan merupakan tingkah laku manusia yang kompleks, karena menyangkut unsur pembawaan dan lingkungan sosialnya.

Ditinjau dari sudut psikologi, bahwa manusia memiliki dua kecenderungan yang cenderung bersikap baik dan cenderung bersikap buruk, cenderung patuh dan tidak patuh, cenderung menurut atau membangkang,. Kecenderungan tersebut dapat berubah sewaktu-waktu tergantung bagaimana pengoptimalannya.

Ada dua faktor penyebab timbul suatu tingkah laku disiplin yaitu kebijaksanaan aturan itu sendiri dan pandangan seseorang terhadap nilai itu sendiri (Subari, 1991:166). Sikap disiplin atau kedisiplinan seseorang, terutama siswa berbeda-beda. Ada siswa yang mempunyai kedisiplinan tinggi, sebaliknya ada siswa yang mempunyai kedisiplian rendah. Tinggi rendahnya kedisiplinan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dalam diri maupun yang berasal dari luar.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan tersebut, antara lain yaitu: (1) anak itu sendiri, (2) sikap pendidik, (3) ligkungan, dan (4) tujuan (Haditono 1984:36).

e. Keterkaitan antara pendidikan jasmani dengan disiplin

Disiplin merupakan suatu cara untuk merubah tingkah laku anak disekolah dari yang kurang baik menjadi baik. Dalam menerapkan disiplin disekolah, terdapat teknik-teknik yang dipergunakan oleh pendidik disekolah, dengan bimbingan dan penyuluhan ataupun dengan pendidikan jasmani.

Pengembangan dengan pendidikan jasmani disekolah membutuhkan ketrampilan, seperti ketrampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan olah raga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional didalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsure fisik, mental, intelektual, emosi dan social.

Aktifitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Tidak ada pendidikan yang tidak mempunyai sasaran paedagogis, dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa adanya pendidikan jasmani, karena gerak sebagai aktivitas jasmani yaitu gerak dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alamiah berkembang searah dengan perkembangan zaman.

g. Metodelogi Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diteliti yaitu peranan pendidikan jasmani dan kaitannya dengan disiplin siswa sekolah dasar di Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

1. Jenis Penelitian

Menurut sukardi (2003:162) mengatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat. Menurut Sandjaja dan Heriyanto ( 2006 : 110 ) mengatakan bahwa : “Penelitian deskriptif bertujuan mendeskripsikan gejala-gejala yang tejadi pada masa itu”. Oleh sebab itu peneliti menggunakan penelitian deskriptif karena yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan pendidikan jasmani dalam upaya mengembangkan disiplin siswa sekolah dasar di Kecamatan Kota Juang

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Dalam setiap penelitian, populasi yang dipilih erat kaitannya dengan masalah yang ingin di teliti. Menurut Arikunto (2006 :130) bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Adapun yang menjadi subjek penelitian disini adalah SD yang ada di Kecamtan Kota Juang Kabupaten Bireuen.

Daftar Nama Sekolah yang Menjadi Populasi Penelitian

No

Nama Sekolah

Jumlah Ruang Belajar

Jumlah Murid

Jumlah Guru Pendidikan Jasmani

1

SDN 1 Bireuen

12

584

1

2

SDN 2 Bireuen

6

206

4

3

SDN 3 Bireuen

12

514

1

4

SDN 4 Bireuen

10

608

-

5

SDN 5 Bireuen

8

284

1

6

SDN 6 Bireuen

12

512

-

7

SDN 7 Bireuen

6

181

1

8

SDN 8 Bireuen

6

142

-

9

SDN 9 Bireuen

7

179

1

10

SDN 10 Bireuen

7

190

-

11

SDN 11 Bireuen

6

159

1

12

SDN 12 Bireuen

12

636

1

13

SDN 13 Bireuen

12

359

1

14

SDN 14 Bireuen

6

100

-

15

SDN 15 Bireuen

6

188

1

16

SDN 16 Bireuen

6

195

-

17

SDN 18 Bireuen

15

466

1

18

SDN 19 Bireuen

6

87

-

19

SDN 20 Bireuen

6

95

1

20

SDN 21 Bireuen

12

596

1

21

SDN 22 Bireuen

6

105

-

179

6386

16

Data diambil dari Dinas Pendidikan, Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bireuen (Daftar tabel selengkapnya untuk populasi seperti ditunjukkan pada lembaran Lampiran).

b. Sample

Sampel merupakan pengambilan sejumlah bagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili dari seluruh anggota populasi. Menurut Arikunto (2006 : 131) bahwa “sampel adalah sebagian dari atau mewakili populasi yang di teliti”.

Adapun sample dalam Penelitian ini menggunakan Total Sampling. Maka sampel dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani dan murid siswa kelas 5 yang ada di SD di Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah komponen terpenting sebagai penentu terhadap berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Oleh sebab itu metode pengumpulan data harus dilakukan seteliti dan secermat mungkin. Menteri P dan K No.0259/1977 mengatakan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang dapat dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi ( Arikunto , 2006 : 118 ).

4. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan Kuesuoner ( angket ) sebagai Intstrumen kunci dan interview (wawancara) sebagai instrumen pendukung.

    1. Kuesioner ( angket ),

Sugiyono (2008:142) Menerangkan bahwa : “ kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”. Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dan bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna (riduwan, 2004:71). Adapun bentuk angket/pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan yang variasi jawabannya sudah ditentukan dan disusun terlebih dahulu, sehingga responden tidak mempunyai kebebasan untuk memilih jawaban kecuali yang sudah diberikan (masri,1995:220).

Masri (1995:137) mengemukakan untuk pertanyaan/pernyataan yang mengukur nilai positif bentuk umum alternatif jawaban yang digunakan adalah :

a. Sangat setuju

b. Setuju

c. Tidak berpendapat

d. Tidak setuju

e. Sangat tidak setuju

Pertanyaan yang terdapat pada kuesioner berkaitan erat dengan permasalahan atau tujuan yang sedang diteliti. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Adapun angket ini ditujukan kepada guru pendidikan jasmani sebagai korespondennya.

    1. Wawancara ( Interview )

Menuruti Arikunto ( 2006 : 155 ) bahwa : “Interview sering disebut juga wawancara kuesioner lisan adalah dialog yang dilakukan antara pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara”. Selanjutnya Menurut S.Margono ( 2000 : 159 ) bahwa : “Interview adalah alat pengumpul dengan cara menagajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula, ciri utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dan sumber informasi”.

Interview merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan bertatap muka dengan orang yang dapat memberi keterangan kepada peneliti. Untuk melakukan interview dengan responden terlebih dahulu peneliti membuat pertanyaan pembimbing atau disebut juga guided interview yang dapat membuat wawancara berjalan dengan lancar dan mengarah pada tujuan penelitian. Arikunto ( 2006 : 156 ) mengatakan bahwa : “Guided interview adalah interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci”. Dalam proses wawancara peneliti akan mewawancarai murid/siswa sebagai koresponden.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kalau mau komentar,,,
jangan lupa id/imel nya..
TQ